Bab 26
Bu Sarah melirikku, alisnya berkerut seolah sedang merasa jijik lalu menutup hidungnya dengan tangan.
Aku memperhatikan gerakannya dengan agak bingung, mendekat untuk melihat jelas rasa jijik di wajahnya dari dekat.
Kenapa?
Bu, aku putrimu yang lahir dari rahimmu.
Aku sangat merindukan kasih sayangmu, jadi aku menurutimu dalam segala hal saat kita pulang. Kenapa Ibu masih menatapku dengan jijik seperti itu?
Ternyata Ibu tidak mencintaiku. Kalaupun aku mati, Ibu juga tidak akan mencintaiku.
Namun, aku tetap menolak untuk menyerah. Aku tetap di sisi Bu Sarah, hatiku terus mendesaknya untuk maju, agar dia bisa melihatku.
Bu, tolong lihat putrimu.
Putrimu sudah mati, mayatnya sudah mulai membusuk, bahkan sudah tidak utuh. Betapa kejamnya orang yang membunuhku?
Bu, tolong lihat!
Aku mohon, lihatlah!
Ibu!
"Bu Sarah, mayat ini memang putrimu, Tiara. Kami nggak bercanda. Dia meninggal dengan cara yang mengerikan, setelah mengalami siksaan yang luar biasa. Bahkan sekarang, mayatnya nggak utuh.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda