Bab 4
Willy melangkah ke arah kami dengan perlahan. Matanya memancarkan aura tekanan yang sangat besar.
Semua orang tidak berani menatapnya.
Tatapannya menyapu tubuhku. Lalu, aku mendengar tawa puas Yuanda yang bahagia melihat penderitaanku.
"Kamu celaka, Cindy. Pak Willy nggak akan melepaskanmu begitu saja."
Dia berkata dengan pelan.
Namun, aku justru melihat perasaan khawatir dan marah di mata Willy.
Saat dia berdiri di depan aku dan Shania, Willy berhenti melangkah.
Saat melihat putriku yang berada di pelukanku, aura dinginnya menjadi makin kuat.
"Ada apa ini?" tanyanya.
Ekspresinya sangat masam.
Sebelum aku sempat bicara, Yuanda tiba-tiba berdiri dan menunjuk hidungku sambil berkata,
"Semua karena wanita ini. Dia berani-beraninya bilang anak jalangnya itu anakmu!"
"Anak jalang?"
Willy mengulang ucapan itu. Ujung matanya sedikit terangkat, sementara tangannya mengelus tongkatnya dengan perlahan.
Aku tahu itu adalah tanda jika dia marah.
Dia selalu menyayangi aku dan putriku. Walau kami cu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda