Bab 19
Aku menarik napas dalam-dalam dan tersenyum penuh ejekan. "Hmm, baiklah, terima kasih atas kerja keras kalian."
"Ini memang tugas kami sebagai dokter. Nona Melia, silakan luangkan waktu menemani ayahmu. Kalau ada apa-apa, hubungi perawat saja. Aku harus kembali bekerja dulu."
Aku mengangguk dan menatap dokter penanggung jawab itu pergi.
Tanpa kusadari, aku mengepalkan tangan terlalu kuat. Baru setelah sedikit melepaskan, aku melihat kukuku menancap tajam di telapak tanganku.
Malamnya, aku tetap pergi ke rumah Devan.
Marcel sedang asyik mengerjakan soal sendiri. Saat melihatku, dia terdiam sesaat, lalu tersenyum bahagia. "Bu Melia, bukankah kakakku bilang tadi Ibu sakit dan nggak bisa mengajarku hari ini?"
"Aku merasa lebih baik, jadi aku datang saja. Sudah mengerjakan beberapa soal?"
"Tinggal tiga soal lagi."
Aku mengangguk. "Kakakmu ... malam ini nggak pulang?"
"Eh, dia nggak bilang apa-apa. Kenapa, Bu Melia, ada urusan dengan kakakku?" tanya Marcel dengan polos.
"Mm, cuma ada sedikit

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda