Bab 27
Aku benar-benar hampir mati tertawa melihat Marcel. Kalau sudah nakal, bahkan kakak kandungnya pun bisa jadi korban.
"Begitu gampangnya ya uangku ditipu?"
Tiba‑tiba, suara rendah dan sangat familier terdengar dari belakang kami.
Aku dan Marcel serentak menoleh, dan saat melihat siapa yang datang, kami berdua langsung menjerit kaget.
Devan cepat-cepat menutup mulutku dengan satu tangan karena refleks.
"Kenapa teriak-teriak? Mau diusir di tempat umum?"
Aku menepis tangannya, lalu menatap Marcel. "Kamu yang memberi tahu dia kalau kita di sini?"
Marcel terlihat sedih dan bersalah. "Hah ... nggak. Oh, mungkin karena smartwatch-ku ada GPS-nya ... "
Aku menutup mata sejenak. Ini benar-benar di luar dugaanku.
Aku melirik Devan dengan sedikit kesal. "Untuk apa kamu datang ke sini? Takut aku menjual adikmu, ya?"
Devan duduk tepat di depan kami. Dia mendorong kacamata emas di hidungnya dan menatap kami berdua seperti sedang mengamati penjahat.
"Kalau aku nggak datang, pasti aku sudah dijual sama

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda