Bab 29
Aku melihatnya begitu sibuk mengurus segala hal untuk ayahku, menelepon sana-sini, menghubungi berbagai orang. Mataku kembali memerah.
Selama dua puluh enam tahun ... ini pertama kalinya aku tidak harus menghadapi saat-saat tergelap dalam hidupku seorang diri.
Setelah menutup telepon terakhirnya, dia menarik napas panjang dan akhirnya melangkah ke hadapanku.
"Lia ... "
Baru saja dia memanggil namaku, tiba-tiba dia terhenti ...
Ternyata matanya juga memerah.
"Profesor Devan!" suaraku serak memotongnya, "Kita harus tunggu sampai operasinya selesai, baru dokter akan memberitahuku, 'kan?"
Sebenarnya, saat dia menelepon, aku terus memperhatikan ekspresinya.
Setiap kali dia menutup telepon, wajahnya menjadi lebih serius, dan alisnya semakin mengerut.
Devan tersenyum tipis padaku dan mengangguk. "Ya, apa pun hasilnya, kali ini aku akan menemanimu. Kamu nggak akan menghadapi semua ini sendirian lagi."
Mataku langsung basah. Aku pun menoleh, tak berani menatapnya.
Aku tidak tahu mengapa dia men

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda