Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

Meski sebenarnya aku merasa bersalah, tapi kejadian seperti ini sudah lama kuprediksi. Aku pura-pura tenang, tersenyum tipis sambil mematikan layar ponsel. "Ah, itu cuma judul yang berlebihan. Hanya karena mereka bilang itu guru dari SMA 9, bukan berarti benar guru dari SMA 9, 'kan?" "Kamu lihat saja kolom komentarnya, Bu Melia. Semua orang bilang itu memang kamu." "Hanya berdasarkan foto buram seperti ini? Tadi aku juga lihat ada komentar yang bilang mungkin saja orang itu cuma berdandan sehingga terlihat mirip denganku. Itu sama sekali bukan bukti kalau itu benar aku." Kepala sekolah mengangkat bahu, tampak tak berdaya. "Kita memang nggak bisa membuktikan itu adalah kamu hanya dari satu foto saja. Tapi untuk kelas 12 yang kamu ajar tahun ini, situasi opini publik sekarang dan citra pribadimu sudah membuatmu nggak layak melanjutkan mengajar. Jadi, setelah rapat dewan sekolah, kami memutuskan untuk memberhentikanmu sementara waktu dengan gaji tetap untuk semester ini." "Nggak bisa! Pak Sandi sendiri yang bilang kalau satu foto saja nggak bisa membuktikan itu aku. Keputusan seperti ini nggak adil untukku. Lagi pula, Pak Sandi tahu kan, ayahku masih terbaring di rumah sakit, dan sedang butuh uang. Dengan memberhentikanku sementara, apa bedanya dengan membunuhnya?" Emosiku sudah tidak bisa dikendalikan lagi, dan nada bicaraku jadi bergejolak. Kepala sekolah menghela napas, lalu berjalan mendekatiku. "Melia, bukan berarti aku nggak membelamu. Tapi kamu juga lihat bagaimana opini publik di forum sekolah sudah berkembang seperti ini. Dan hari ini kamu pasti juga merasakan tatapan orang-orang terhadapmu, 'kan?" "Kamu sudah bekerja bertahun-tahun dan tahu pentingnya etika guru. Katakan, apa kamu masih layak untuk terus mengajar?" Tanpa perlu membahas apakah orang di foto itu aku atau bukan, kata-kata kepala sekolah memang tidak salah. Aku merasa lemas seketika seakan semua energi habis tak tersisa. Beberapa hari terakhir benar-benar melelahkan, pikiranku sulit fokus. Tiba-tiba kepala sekolah merangkulku dari belakang, dan mencondongkan kepalanya dekat telingaku. "Melia, aku selalu ingat soal penyakit ayahmu. Uang yang dikumpulkan dari guru-guru, pasti sudah habis dipakai, 'kan? "Kalau begitu, malam ini datanglah ke asrama guru, dan ceritakan kesulitanmu padaku. Aku akan mencari cara untuk membantumu. Seorang gadis nggak perlu menanggung semuanya sendiri. Saat butuh bantuan, jangan ragu untuk memintanya." Kejadian tentang malam kemarin tiba-tiba muncul di pikiranku, dan membuat perutku mual. Rasa tertekan yang menumpuk pun mencapai puncaknya. Aku tak tahan lagi dan menampar wajah sang kepala sekolah sebelum berlari keluar dari kantor. Kini, aku benar-benar kehilangan pekerjaan. Setelah keluar dari sekolah, aku mampir ke supermarket membeli satu kotak minuman keras dan meminumnya sampai mabuk total. Seperti kata dari sebuah lagu. "Dunia menamparku dengan penderitaan, dan aku membalasnya dengan lagu." Lagu apanya! Aku cuma berharap dunia ini hancur saja! Sejak kecil aku ditinggalkan oleh ibuku, dan sekarang aku bahkan tak bisa menyelamatkan satu-satunya keluarga yang kumiliki. Kalau dalam dua hari aku tidak menemukan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan cepat, ayahku akan kehabisan obat. Aku bahkan tidak sanggup lagi membayar biaya rawat inap, dan harus memulangkannya ke rumah. Kalau dia berhenti minum obat, hidupnya mungkin hanya tersisa sekitar setengah bulan. Saat aku benar‑benar bingung dan putus asa seperti ditusuk dari dalam, tiba‑tiba telepon dari muridku masuk. Sebenarnya aku tidak ingin mengangkatnya. Tapi karena murid kelas tiga SMA itu emosinya sensitif dan mungkin urusanku tadi sedikit memengaruhi pikirannya, jadi aku pun mengangkatnya. [Bu Melia, ini aku, Marcel Kardian. Aku dengar sekolah memberhentikanmu sementara dengan gaji tetap. Jadi, apa aku boleh meminta Ibu datang ke rumah untuk memberiku les tambahan?] Marcel Kardian ... Devan Kardian ... Kenapa nama keduanya terdengar begitu mirip? ... Saat aku bangun, matahari sudah tinggi di langit. Aku kaget dan langsung bangun dari tempat tidur, mengira diriku terlambat masuk kerja.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.