Bab 1
"Selamat ulang tahun, Clarice."
Saat kain hitam di matanya dibuka, Clarice Centella masih tersenyum.
Sejak kejadian itu, ini adalah pertama kalinya kakak dan tunangannya mengusulkan untuk merayakan ulang tahunnya. Mereka bilang ingin memberinya kejutan.
Dia sempat menebak mungkin itu tas edisi terbatas, mungkin perjalanan ke pulau, bahkan menebak mungkin mereka akhirnya mau memaafkannya ...
Tapi dia sama sekali tidak menyangka, kejutan itu adalah sebuah ruang persemayaman.
Warna hitam putih yang menusuk mata. Di antara warna kontras itu, empat foto almarhum berada di depannya.
Itu adalah ayah dan ibu yang paling menyayanginya, serta Paman Gio dan Bibi Karin yang paling memanjakannya.
Mereka meninggal dalam longsor itu. Mereka meninggal tepat pada hari ulang tahun Clarice yang ke-18.
Saat ini, di depan foto almarhum, berdiri empat boneka tiruan yang bisa bergerak. Boneka-boneka itu mengenakan pakaian saat mereka meninggal, memutar kepala dengan gerakan kaku dan tersenyum ke arahnya.
"Clarice ...." Mulut boneka itu buka tutup. "Kami mati dengan tragis ...."
"Ah!"
Clarice menjerit sambil mundur, tapi kakaknya, Justin Centella, menekan pundaknya.
"Kenapa? Nggak berani lihat?" Suaranya sedingin es. "Jangan lupa, mereka semua mati karena kamu."
"Maaf ... maaf ...."
Tunangannya, Andrew Herison, berdiri di samping. Matanya dipenuhi dendam yang nyaris meluap keluar. "Minta maaf bisa mengembalikan empat nyawa? Clarice, penyesalan terbesar dalam hidupku adalah pernah mencintaimu."
Jantungnya seolah dicungkil keluar secara paksa, sakitnya membuat Clarice hampir tidak bisa berdiri.
"Maaf ...."
Selain meminta maaf, Clarice tidak tahu harus berkata apa lagi.
Tiba‑tiba, Justin menendang bagian belakang lututnya dan Clarice jatuh berlutut keras ke lantai.
"Sujud." Dia memerintahkan. "Tebus dosamu!"
Clarice bersujud berulang kali, sampai dahinya berdarah.
"Maaf ... semua salahku, aku memang pantas mati ...."
"Pak Justin! Pak Andrew!" Seorang pengawal tiba‑tiba bergegas masuk. "Nona Tika diculik! Penculik bilang ...."
Dia terdiam sejenak, lalu menatap Clarice.
"Bilang apa?" Justin bertanya keras.
"Kalau mau Nona Tika tetap hidup, harus ditukar dengan Nona Clarice ...." Pengawal berkata pelan, "Dia mau Nona Clarice menemaninya selama tiga hari."
Udara seketika membeku.
Justin dan Andrew serentak menatap Clarice, tatapan mereka rumit.
Saat itu juga, Clarice tahu apa pilihan mereka.
"Kasih tahu penculik itu, tiga hari kemudian, kembalikan dia padaku. Kalau terlambat sedetik pun, kami akan menuntut habis-habisan."
Clarice pun ditutup matanya dan dibawa ke tempat asing.
Saat penutup matanya dilepas, dia mengenali wajah itu.
Tuan muda Keluarga Lewis, Jeremy Lewis.
"Lama nggak ketemu, Nona Clarice." Dia mencengkeram dagu Clarice sambil tersenyum jahat. "Katanya sekarang kamu menjadi anjing buangan yang dikutuk semua orang?"
Seluruh tubuh Clarice menjadi dingin. Akhirnya dia paham kenapa Jeremy memintanya secara khusus.
Tiga tahun lalu, Jeremy mengejarnya dengan segala cara. Tapi saat itu, Justin yang sayang adik dan Andrew yang sayang istri bekerja sama menghancurkan nama Jeremy, lalu mengusirnya dari kota ini.
Kini, dia kembali untuk balas dendam.
"Dulu kakakmu dan tunanganmu menghancurkanku sampai begitu parah." Jeremy menarik rambut Clarice dan menyeretnya masuk ke vila. "Sekarang giliranku main-main dengan wanita kesayangan mereka."
Tiga hari berikutnya menjadi hari paling kelam dalam hidup Clarice.
Hari pertama, Jeremy memaksanya berlutut dan menyalak seperti anjing. Menyiram kepalanya dengan anggur merah, lalu memaksanya makan kue yang dicampur serpihan kaca.
Hari kedua, Jeremy memerintahkan belasan pengawal mengelilinginya, lalu menyundut tubuhnya dengan ujung rokok.
Jeremy tertawa sambil merekam video, katanya dia akan mengirimkan video itu untuk dinikmati Justin dan Andrew.
"Coba tebak." Jeremy berbisik di telinganya, "Apakah mereka akan sedih kalau melihatnya?"
Clarice menggigit bibirnya sekuat tenaga supaya tidak menangis.
Pikirannya justru melayang pada lima tahun lalu. Saat Clarice demam, Justin mengemudi tiga jam di malam hari hanya untuk membeli kue stroberi kesukaannya. Sedangkan Andrew menyewa seluruh taman bermain demi merayakan ulang tahunnya.
Saat itu, dia adalah putri kecil yang mereka jaga dengan sepenuh hati.
Sampai longsor terjadi.
Di ulang tahunnya yang ke‑18, Clarice bersikeras ingin pergi melihat hujan meteor.
Ayah dan ibunya serta Paman Gio dan Bibi Karin menemaninya naik gunung. Lalu mereka bertemu longsor.
Mereka melindunginya dengan tubuh sendiri, tapi mereka malah terkubur hidup‑hidup.
Dalam satu hari, ulang tahun berubah menjadi hari kematian.
Dia pun berubah dari putri kesayangan menjadi orang yang paling dibenci kakak dan tunangannya.
Sementara putri asisten rumah tangga yang seumuran dengannya menjadi penyelamat bagi mereka karena mengumpulkan jenazah keempat orang itu.
Semua kasih sayang yang dulu diberikan pada Clarice berpindah pada Tika Monaliu, yang kini dimanjakan tanpa batas.
Semua keputusasaan dan kemarahan mereka diarahkan pada Clarice. Mereka memikirkan cara untuk menyiksanya.
Mereka memaksanya menaiki puluhan ribu anak tangga dan bersujud setiap langkah untuk mendoakan arwah yang sudah meninggal. Mereka menempelkan foto‑foto lokasi kecelakaan di seluruh kamarnya, membuatnya tidak bisa tidur setiap malam. Mereka mengumbar semua kesalahannya ke publik, membuat seluruh dunia memusuhinya ....
Clarice tahu dirinya adalah penyebab tragedi itu. Jadi dia menerima semua siksaan itu demi menebus dosa.
Namun pada hari ketiga, ketika Jeremy merobek pakaiannya dan tertawa jahat sambil berkata ingin membuatnya merasakan sakit yang sebenarnya, Clarice akhirnya hancur.
"Kalau kakak dan tunanganmu melihat video ini." Jeremy menindih tubuh Clarice. "kira‑kira mereka akan gila nggak?"
Tubuhnya gemetar hebat. Saat Jeremy melepas ikat pinggangnya, dia mengambil pecahan kaca dari lantai dan menusuk paha Jeremy dengan sekuat tenaga.
"Ah!"
Dalam jeritan Jeremy, Clarice menyeret tubuhnya yang penuh luka dan melarikan diri dari vila itu.
Saat kembali ke rumah, yang pertama dia lakukan adalah berlari ke kamarnya.
Dia menempelkan tubuhnya ke pintu, tidak tahu berapa lama waktu berlalu sampai napasnya stabil.
Setelah mandi dan melihat bayangan dirinya yang mengenaskan di cermin, dia tersenyum pahit. Lalu mengambil sebuah toples dan memasukkan satu butir permen ke dalamnya.
Dulu, setiap dia tidak bahagia, Andrew dan Justin selalu menghiburnya dengan permen.
Namun setelah kecelakaan itu, mereka tidak peduli lagi pada perasaannya. Mereka juga tidak tahu kalau saat sadar setelah diselamatkan, pikiran pertama Clarice adalah ingin bunuh diri.
Namun setiap kali dia mengingat kalau nyawanya ditukar dengan nyawa Ayah, Ibu, Paman Gio, dan Bibi Karin, Clarice menurunkan pisau yang sudah menempel di lehernya.
Dia mengerti kenapa Andrew dan Justin membencinya. Jadi dia membeli toples ini, memberi mereka 999 kesempatan untuk menyiksa dirinya.
Setiap kali mereka menyakitinya, dia memasukkan satu permen.
Jika 999 permen telah penuh dan mereka masih tidak mau memaafkannya, maka dia akan mengakhiri hidupnya untuk menebus dosa.
Sekarang, sudah ada 995 permen di dalamnya.
Tidak lama lagi, dia sudah bisa mati.