Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2433

Levina sedikit tidak sabar, tapi dia masih menyembunyikannya dengan baik. Dia mendekat dan memeluk Melinda. "Bibi, Bibi jangan marah, tadi aku bicara seperti itu karena kesal." "Bibi jangan menyimpannya dalam hati, mana mungkin aku nggak merasakan kebaikanmu padaku." "Aku bukan mahkluk berdarah dingin." "Hanya saja, kejadian yang lalu menyeretku terlalu dalam, belasan pekerjaanku dibatalkan gara-gara Aylin." "Mana mungkin aku nggak kesal?" "Sekarang dengan susah payah aku mendapatkan kembali belasan tawaran ambasador. Bibi, apa kamu nggak ikut senang?" Melinda menghela napas. "Mana mungkin aku nggak ikut senang? Hanya saja, Aylin juga putriku, aku tetap nggak nyaman melihat semua orang memarahinya," jawab Melinda. Levina sebenarnya tidak peduli, dia mendesaknya dengan bertanya, "Bibi, jangan lupa laksanakan pesan yang kusampaikan dua hari lalu. Jangan membuatku kecewa, oke?" Melinda memegangi lengannya dengan panik, "Levina, kamu sudah kembali mendapatkan pekerjaan, apa aku masih harus menemui Aylin?" tanyanya. Levina perlahan menepis tangan Melinda, memutar matanya, lalu berkata, "Tentu saja, ini belum seberapa. Dia membuatku dalam kesulitan, aku nggak akan melepaskan kesempatan untuk balas dendam!" ... Saat ini, Jason memeluk Aylin sambil menonton film dengan ekspresi manis. Aylin tak menyangka akan menerima panggilan dari Melinda. "Aylin?" Aylin sedikit linglung ketika mendengar suara Melinda. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali Melinda memanggil namanya seperti itu. Karena di rumah itu, dia dan Levina bertengkar sepanjang hari. Melinda akan memanggil Levina dengan penuh kasih sayang, tapi tidak pernah memanggil namanya. Jason menyadari perubahan suasana hati Aylin, dia segera menekan tombol jeda, memandang Aylin dengan isyarat menanyakan apa yang terjadi, Aylin hanya menggeleng pelan. "Ada apa mencariku?" tanya Aylin. Dia menghela napas panjang untuk mempersiapkan diri, dia seharusnya menanyakan hal ini dengan sedikit harapan. Mendengar suara dingin putri kandungnya, alis Melinda segera berkerut. "Apa-apaan sikapmu ini? Begini nada bicaramu dengan Ibu?" marah Melinda. "Aku melahirkanmu, memberimu hidup, sebagai Ibu, apa aku nggak boleh menelepon putriku kalau nggak ada keperluan?" sambungnya. Aylin tersenyum dingin mendengar pertanyaan Melinda, bisa-bisanya Melinda tidak malu mengatakan hal seperti ini. Bukankah dia seharusnya tahu kalau hubungan ibu-anak mereka sudah lama rusak? "Kamu masih tahu kalau kamu itu ibuku?" sindir Aylin. "Nyonya Melinda, apa kamu nggak merasa konyol mengatakan hal seperti ini?" tanyanya lagi. Alis Jason tanpa sadar berkerut ketika menatap Aylin, meski bibirnya tersenyum, matanya menunjukkan kesedihan. Aylin menggenggam tangannya, seolah meminjam kekuatan darinya. Melinda adalah ibu kandungnya, seharusnya orang yang paling dekat dengannya. Aylin tidak pernah menyangka, ada hari di mana dia harus meminjam kekuatan dari orang luar untuk menahan sakit yang diberikan ibunya. "Kamu sudah gila, ya?" marah Melinda. "Aku ini ibumu, bisa-bisanya kamu bicara seperti itu padaku, sejak kecil sikapmu selalu kurang ajar," tambahnya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.