Bab 11 Perawan Tua Hanya Layak Menikah dengan Bujangan Tua
Aku lahir di sebuah desa pegunungan terpencil. Untuk tiba di rumahku, aku perlu naik pesawat, dilanjut dengan kereta api dan terakhir bus.
Begitu aku masuk rumah, sebuah sapu dilemparkan keluar.
Disusul dengan suara makian. "Dasar jalang kamu! Bikin malu saja! Apa yang kamu lakukan di sini!"
Nenekku sudah berusia 70-an akhir, tetapi dia masih cukup bugar dan memiliki suara yang lantang.
"Aku pulang untuk membayar biaya pemindahan makam," jawabku dengan santai sambil melangkah masuk.
"Siapa yang mau uang harammu!" umpat nenekku, lalu menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Heh," kekehku. "Uang yang Nenek miliki sekarang, serta uang yang digunakan untuk membiayai pernikahan adik kedua dan ketigaku adalah uang haramku."
Aku bekerja keras untuk mencari uang di luar, tetapi aku juga tidak merasa keberatan. Yang membuatku marah adalah karena mereka selalu menghabiskan uangku, lalu menjelek-jelekkanku.
"Masih bisa kamu bersikap sok benar? Akan kuhajar kamu sampai mati!" Nenekku mengay

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda