Bab 5 Mengukuhkan Reputasi Sebagai Wanita Jahat
Selena tidak melihat Michael pulang beberapa hari ini, jadi tentu saja dia merasa cemas.
Ketika satu rencananya tidak berhasil, Selena akan mencoba rencana lainnya.
Hari ini, Selena datang lagi ke vila untuk mencariku.
Bibi Winda membawa teh keluar, lalu meletakkannya di meja. Aku melihat dia sengaja memutar nampan, mengambil cangkir yang menghadap ke arahku, lalu meletakkannya di hadapanku.
Aku selalu waspada pada Bibi Winda ini.
Aku tidak pernah memakan sesuap pun makanan yang dia buat.
Bukannya aku khawatir akan diracuni, aku hanya takut dia meludahi makanannya. Betapa menjijikkannya jika aku memakannya?
Aku mengeluarkan cangkirku sendiri, lalu berkata, "Aku nggak minum teh."
Selena tersenyum canggung. "Kenapa? Apa hatimu dipenuhi rasa bersalah? Apa kamu takut seseorang akan menyakitimu?"
"Hanya nggak suka saja. Untuk apa kamu datang mencariku? Apa ada sandiwara lagi yang ingin kamu mainkan? Kalau nggak, nggak ada yang perlu kita bicarakan." Aku menatap kuku berwarna merah marun yang baru dicat. Sebelumnya, aku hampir tidak pernah mengecat kuku karena takut akan mengotori pakaian saat bekerja.
"Baiklah kalau kamu nggak mau minum. Bagaimana kalau kita pergi keluar untuk mengobrol?" ujar Selena dengan wajah sombong.
"Tunggu aku mengambil tas." Aku tersenyum, lalu berbalik dengan anggun untuk naik ke lantai atas.
Aku mengambil tasku, menaruh sebotol semprotan di dalamnya, lalu turun untuk naik ke mobilnya.
Setelah berkendara, Selena tertawa dengan wajah mengerikan. "Felicia, kali ini kamu akan benar-benar tamat."
"Ceritakan padaku." Aku menyalakan rokok mentol, lalu mulai mengisapnya. Setiap kali sebelum sandiwara dimulai, Selena akan selalu merasa dirinya sudah menang.
"Sebentar lagi kamu akan tahu. Aku sudah menyiapkan beberapa pria untukmu. Tunggu saja, foto mesummu akan tersebar di mana-mana!" Selena tertawa dengan bangga. Aku meniupkan asap rokok ke arahnya.
Aku menoleh untuk melihat jalanan di luar dengan santai. Tidak ada mobil di depan ataupun belakang.
Aku membuka tas untuk mengambil botol semprotan itu dengan tenang, langsung menyemprotkannya ke arah Selena.
Begitu sopir menoleh, aku sekalian menyemprotnya juga sampai pingsan. Ini adalah semprotan merica yang sangat kuat!
"Kamu selalu sebodoh ini. Kamu saja yang mengambil foto mesumnya," gumamku.
Aku berpindah ke kursi pengemudi, lalu melihat ponsel Selena berdering.
Aku menjawab teleponnya, mendapatkan alamatnya, lalu langsung mengendarai mobil ke sana.
Itu adalah sebuah diskotik yang terletak di pinggiran kota.
Aku menelepon orang itu, lalu seorang pria dengan lengan penuh tato melangkah keluar.
Dia mengamatiku, lalu bertanya, "Siapa kamu?"
"Aku datang untuk mengirimkan seseorang untukmu," balasku.
"Ponsel ini bukan milikmu," kata pria itu.
"Aku hanya tahu aku harus mengantarkan orang ke sini. Aku nggak mengetahui yang lainnya," jawabku.
"Di mana orangnya?" tanya pria itu padaku.
"Di dalam mobil, bawa saja dia," balasku dengan acuh tak acuh.
Setelah melihat mereka menggendong Selena masuk, aku mengendarai mobilnya untuk kembali ke vila.
Ketika Bibi Winda melihat mobil Selena kembali, dia berlari menghampiri dengan gembira.
"Nyonya!" Bibi Winda membuka pintu mobil.
Ketika aku turun dari mobil, dia terkejut sampai jatuh terduduk di tanah.
"Kenapa ... kenapa kamu yang kembali? Di mana Nyonya?" tanya Bibi Winda dengan gemetaran.
"Sudah diantar ke tempat yang seharusnya." Aku mengangkat bahu, kembali ke ruang tamu, mengambil cangkir teh dengan tisu, lalu membawanya ke kamarku.
Bibi Winda tentu mengetahui bahwa sesuatu sudah terjadi pada Selena.
Langkah terbaik untuk saat ini adalah menelepon Michael.
"Pak Michael, Nyonya dalam bahaya! Wanita murahan itu yang melakukannya!" kata Bibi Winda.
"Apa yang terjadi?" Michael tidak mengerti kenapa Selena selalu mengalami masalah sejak Felicia muncul.
"Cepat selamatkan Nyonya!" Bibi Winda terisak sambil memberi tahu alamatnya kepada Michael.
Ketika Michael tiba di diskotik, semuanya sudah terlambat.
Selena tampak tergeletak di lantai dengan kondom bekas yang berserakan di sekelilingnya.
"Michael ...." Selena berteriak kesakitan.
"Siapa yang melakukan ini!" Mata Michael memerah karena amarah.
"Felicia ...." Selena sangat membencinya dalam hati.
Selena tidak menyangka dirinya sendiri yang akan terkena masalah. Michael belum pernah menyentuhnya, tetapi dia malah disentuh orang lain ....
Selena menangis dengan putus asa sampai pingsan. Michael langsung membawa Selena ke rumah sakit.
Amarah Michael tidak bisa ditahan. Sekarang dia ingin pulang untuk menanyakan apa yang terjadi pada Felicia! Kenapa dia bisa begitu kejam?
"Bawa Felicia kemari," kata Michael.
"Pak Michael, tolong tenang dulu," saran Tara.
"Aku bilang bawa dia ke sini!" teriak pria itu.
"Bagaimana kalau kita menunggu Nyonya bangun untuk bertanya dulu apa yang sebenarnya terjadi? Nona Felicia nggak akan melakukan hal seperti ini tanpa alasan." Tara pernah bertemu dengan Felicia. Dia merasa Felicia adalah wanita yang cukup tegas, tidak ingin dirugikan, tetapi juga tidak akan sembarangan menindas orang lain.
"Mungkin ada kesalahpahaman," ujar Tara menasihati dengan gemetaran.
Dari dalam kamar terdengar isak tangis Selena yang menyedihkan.
Ketika Michael masuk, dia melihat Selena melemparkan ponselnya ke lantai, sementara layarnya penuh dengan adegan saat dia dilecehkan.
"Suruh seseorang untuk menghapusnya," kata Michael.
"Baik," jawab Tara.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Michael dengan frustrasi mengacak rambutnya.
"Michael, Felicia membuatku pingsan, lalu mengirimku ke sana," kata Selena dengan terbata-bata sambil terus terisak.
"Kenapa? Kalian bertemu lagi!" kata Michael.
"Aku nggak tahu, nggak tahu, nggak tahu. Dia membenciku karena menikah denganmu. Michael, kamu harus membalaskan dendam untukku." Selena menangis sampai pingsan.