Bab 411
Tuan Besar Carlo itu menghela napas lega, lalu menyerahkan ponsel kepada kepala pelayan.
Diana yang berlutut di seberang meja melihat Tuan Besar Carlo begitu cepat menutup telepon, langsung bertanya dengan nada cemas.
"Kakek, Paman bilang apa?"
"Dia nggak suka Giany."
Kepalan tangan Diana mengencang, air matanya langsung jatuh. Ternyata, makin suka pamannya kepada seseorang, makin tak ingin dia mengakuinya.
Tuan Besar Carlo mengambil kuas untuk melanjutkan latihan kaligrafinya. Namun, ketika dia melihat cucunya menangis dengan begitu sedih, keningnya mengernyit sejenak.
"Diana, kenapa kamu begitu peduli dengan urusan pernikahan Walace? Kalau ada waktu, lebih baik bujuk ibumu, jangan sampai aib keluarga tersebar ke mana-mana."
Diana perlahan bangkit berdiri, kakinya terasa kesemutan. Dia mengusap-usap wajahnya sejenak.
"Kakek, apa Kakek nggak merasa aneh? Paman yang sehebat itu, saat dulu kehilangan kedua kakinya, dia nggak menyalahkan Giany. Mungkinkah sejak saat itu dia sudah menyukai

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda