Bab 53
Akan tetapi, Giany sangat lelah hingga seluruh tubuhnya sakit dan masih demam, sehingga dia tidak bisa membalas pesan itu.
Saat bangun pada hari kedua, demamnya masih tidak kunjung turun dan rasa sakitnya semakin luar biasa.
Untung saja semua apel terjual habis. Giany mandi, membuka pintu kamarnya dan ingin keluar untuk makan sesuatu.
Setibanya di ruang makan, dia melihat Walace juga ada di sana dan meja di depannya penuh dengan makanan.
Giany sangat lapar. Dia bertanya kepada karyawan di sebelahnya dan mengetahui dirinya telah tidur sampai melewatkan sarapan dan makan siang. Sekarang dia tidak punya pilihan selain makan di meja Walace.
"Pak Walace."
Dia hanya memanggil sekali dan Walace seolah sudah mengetahui niatnya. Dia pun mengetuk meja dengan ujung jari.
"Duduk."
Giany menghela napas lega dan tersenyum, "Kalau begitu, aku nggak akan segan lagi."
Giany benar-benar lapar dan entah betapa lemahnya dia saat ini. Bibir pucat dan berat badannya turun beberapa kilogram.
Setelah menghabi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda