Bab 100 Cemburu Ada Batasnya
Nadine berpikir, pria itu hanya berpura-pura bodoh. Namun, membuka masalah itu sekarang cuma akan membuat suasana makin canggung. Dia akhirnya menggeleng pelan dan berkata, "Lupakan saja, nggak apa-apa."
Tapi Ravin tak mau menyerah. Dia berkata dengan suara tegas memerintah, "Ucapkan semuanya dengan jelas."
Nadine menarik napas, meneguhkan diri, lalu berkata, "Siang tadi dia datang ke kantormu, lebih dari empat puluh menit di dalam. Masuk pakai pakaian kerja, keluar sudah berganti gaun. Jangan bilang padaku kalian cuma ngobrol biasa di sana."
Setelah selesai bicara, Nadine menatap Ravin dengan wajah kecil yang penuh rasa cemburu.
Ravin menatapnya beberapa detik, lalu melihat beberapa bekas memar di lehernya, alisnya segera mengerut dan dia menoleh menjauh.
Ravin tidak memberikan penjelasan apa pun. Meskipun Nadine sebenarnya tidak terlalu berharap, karena yang terjadi memang sudah jelas, melihat Ravin diam dan seolah mengiyakan begitu saja, hatinya malah terasa tenggelam, seperti terin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda