Bab 17
Lidya seolah-olah tidak terkejut dengan kemunculan Jeremy. Wanita itu bahkan tidak menoleh, hanya mengayunkan gelas sampanye di tangannya dengan ringan, suaranya tenang tanpa gelombang, penuh kesopanan yang menjaga jarak. "Pak Jeremy, lama nggak bertemu. Aku dengan siapa bagaimana, sepertinya nggak perlu melapor kepada siapa pun."
Sebutan "Pak Jeremy" dan sikap dinginnya bagai duri es, menancap keras ke jantung Jeremy.
Pria itu melangkah mendekat, hampir bisa merasakan udara sejuk dari tubuh Lidya, nada bicaranya tanpa sengaja menjadi sedikit gelisah dan tajam. "Lidya, setelah pergi selama tiga tahun, kamu kehilangan penglihatan dan penilaian dasar? Kamu nggak tahu siapa Jodi? Selalu ada wanita di sisinya! Pemuda manja, sinis, dan nggak bertanggung jawab, apa yang bisa dia berikan padamu?"
Akhirnya, Lidya perlahan menoleh. Di bawah sinar bulan, mata bunga persiknya yang cantik agak terangkat. Tidak ada kemarahan, tak ada rasa tersinggung, hanya sindiran yang hampir penuh belas kasihan.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda