Bab 29
Setelah selesai berbicara, Lidya berdiri, tidak menatapnya lagi, lalu berbalik dan melangkah menuju pintu kamar.
"Lidya ... " Jeremy mengerahkan sisa tenaga terakhirnya, memanggil dengan suara lemah dan terselip ratapan putus asa.
Langkah Lidya terhenti sejenak di ambang pintu, tetapi dia tidak menoleh.
Wanita itu mengulurkan tangan, dan membuka pintu.
Di luar, Jodi berdiri, menatapnya dengan lembut, tetapi tegas.
Lidya berjalan mendekatinya, Jodi secara alami menggenggam tangannya dengan erat.
Keduanya berjalan berdampingan, tanpa menoleh, meninggalkan kamar, dan menghilang di ujung koridor.
Jeremy terbaring di ranjang, menatap pintu yang kosong, menatap sosoknya yang pergi dengan tegas. Air matanya akhirnya meluap, mengalir di pipi, membasahi bantal.
Dia tahu, kali ini, dia benar‑benar ... kehilangan Lidya untuk selamanya.
Kehilangan wanita cantik yang pernah menyinari hidupnya yang suram seperti api, tetapi dia sendiri yang menolaknya, dan memadamkannya.
Waktu terus berlalu, satu ta

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda