Bab 140
Teman-teman gadis itu di samping bertanya padanya ada apa, apakah restoran ini enak sekali?
Si bunga kampus dengan wajah memerah berkata, "Aku pernah makan sekali sebelumnya, rasanya enak banget. Yavin yang membelikannya untukku. Nggak disangka restorannya ada di sini."
"Dikasih oleh pria idamanmu, apa dia suka padamu?."
"Mana ada, jangan asal bicara ... "
Adegan demi adegan itu seperti slide, berulang kali terputar dalam benak kosong Myria.
Dia menundukkan kepala, setetes air mata bergulir dari sudut matanya ...
Jatuh ke dalam wastafel, lalu diikuti tetesan berikutnya.
Rambut panjang hitamnya menutupi wajah, menempel lembap dengan keringat seiring gerakan kepalanya yang tertunduk.
Kamar mandi di ruang istirahat itu sangat kecil.
Ruangan itu hanya bisa menampung dua orang, hampir seluruh ruangan dipenuhi hawa samar yang ambigu.
Tertutup dari segala sisi.
Tanpa jendela.
Myria teringat pada pertama kalinya dia bersama Yavin. Saat itu tidak menyenangkan.
Waktu itu, dia masih sangat polos.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda