Bab 432
"Nek, Nenek nggak apa-apa, 'kan?" Tiana terisak dengan nada penuh penyesalan, Namun, sorot kemenangan di matanya sulit disembunyikan. Dia berpura-pura tampak sedih, "Semua salahku. Seharusnya aku nggak memberi tahu Nenek. Tapi aku nggak menyangka, hal yang begitu bertentangan dengan etika dan moral, Paman dan Bibi malah nggak memberi tahu Nenek. Aku pikir Nenek sudah tahu ... "
"Nenek, anggap saja aku nggak pernah mengatakan apa-apa. Hari ini aku nggak pernah datang menemui Anda. Kalau Paman tahu aku datang, dia bisa membunuhku. Tapi aku sungguh nggak menyangka Anda belum tahu," ucap Tiana sambil menangis.
Meta menatap Tiana, membuka mulut seolah ingin bicara, tetapi tidak ada kata yang keluar. Dia seperti kehilangan seluruh indranya untuk sesaat.
Langkahnya goyah, tubuhnya membungkuk saat meninggalkan pasar bunga dan burung.
Tiana memandangi sosok Meta yang tampak kehilangan arah, bibir merahnya terangkat, senyum di sudut mulutnya semakin dalam. Dia melangkah maju, dan tanpa sengaja m

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda