Bab 48
Widya berkata, "... Kamu jelas bukan bocah, kamu itu bocah licik."
Jimmy menepuk bahunya. "Sudah terlanjur. Nanti, aku yang minta maaf sama Ibu."
Widya hampir menangis.
Dia merasa dipermainkan oleh bocah. Namun, sekarang, dia tidak mungkin menyuruhnya pulang sendirian.
Meskipun dia merasa jika bocah itu pulang naik pesawat sendirian, dia pasti aman-aman saja.
"Kamu diam di sini. Aku telepon Julie. Kalau nggak, Bibi Marry sama dia pasti khawatir."
"Tenang, aku sudah tinggalkan surat buat Nenek. Aku bilang aku ikut sama kamu," jawab Jimmy.
Widya berpikir, "Dasar bocah licik."
Dia mengambil ponsel, lalu menelepon Julie.
Di sisi lain.
Julie sedang memegang segelas air hangat di balkon, lalu mengangkat telepon.
"Widya."
Widya menatap Jimmy dengan canggung. "Julie, tadinya aku mau kasih kamu kejutan ... tapi ...."
Julie heran. "Kenapa?"
"Aku balik ke Kota Torun. Sekarang, di bandara, terus ... Jimmy ikut aku."
Julie tercekat.
Widya menyerahkan ponselnya ke Jimmy. Dia membiarkan Jimmy menjela

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda