Bab 107
Aku menatap matanya lekat-lekat, pikiranku tidak pernah sejernih ini sebelumnya.
"Ucapan mereka benar, aku memang mendekatimu dan mengikutimu sampai nggak punya harga diri, aku juga nggak punya pendirian apa pun. Aku cuma tahu mengelilingimu setiap harinya ...."
Aku tersenyum mengejek. "Siapa yang nggak benci orang seperti ini? Aku sendiri bahkan benci diriku. Jadi aku paham kalau kamu membenciku."
"Kamu nggak perlu merasa bersalah saat menceraikanku. Lucio, pada dasarnya memang nggak ada hubungan yang adil. Lagi pula, pikiran orang-orang zaman ini sangat terbuka. Kalau dua orang nggak bisa merasa bahagia saat bersama, bercerai adalah hal yang sangat normal ...."
Sebelum aku selesai bicara, pria itu langsung meremas pipiku dengan kuat, seolah-olah ingin menghancurkannya.
Dia menatapku dengan tatapan dingin. "Aku ingat aku pernah mengingatkanmu untuk jangan ungkit masalah perceraian lagi."
Aku menutup mulutku dengan tidak berdaya, tiba-tiba merasa pria ini tidak bisa diajak bicara.
Bagi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda