Bab 120
Tak tahu sudah berapa lama berlalu, barulah aku berhasil menahannya, tapi seluruh tubuh sudah dipenuhi keringat dingin.
Aku buru-buru membalut luka itu dengan syal yang tadi kupakai, tetapi tetap terasa perih dan tergesek-gesek.
Tak ada pilihan lain, aku harus mencari perban dari kotak P3K, membalutnya satu lapis, lalu melilitnya lagi dengan selotip tahan air.
Nanti setelah mandi, akan kututup lagi dengan syal.
Lucio tidak akan pulang malam ini, kebetulan, lukaku juga butuh udara segar agar tidak makin meradang.
Keluar dari kamar mandi, uap panas masih memenuhi udara.
Di sisi ranjang duduk sosok tinggi tegap, melihatku keluar, dia mengangkat kepala dan melirik ke arahku.
"Sudah selesai mandi?" Suaranya rendah dan stabil.
Aku terkejut, nyaris terpeleset. Setelah berpegangan pada kusen pintu dan berdiri dengan mantap, aku baru melihat jelas bahwa orang yang duduk di tempat tidur itu adalah Lucio.
Aku menggigit bibir dengan kuat, wajahku tak sedap dipandang. "Kenapa kamu pulang lagi? Buka

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda