Bab 152
Aku memejamkan mata dan tubuhku sudah menggigil.
Lucio mengurungku dalam pelukannya bagaikan tembok besi, mustahil untuk bisa kabur.
Aku ingin meronta, tetapi tidak tahu harus melarikan diri ke mana.
Apakah saat itu aku sudah gila?
Mengapa aku malah mendekati pria seperti ini!?
Meskipun tidak cinta, dia tetap tidak mau melepaskanku seolah aku ini miliknya.
"Kamu ini bajingan, ya? Masih berlagak seolah semuanya adalah milikmu!"
Aku tidak tahan untuk menyerangnya dengan kata-kata. "Lucio, aku sudah nggak mencintaimu lagi dan nggak punya perasaan lagi padamu! Aku nggak akan mengikutimu seperti dulu, bisa nggak lupakan saja aku?"
"Nggak mencintaiku? Kamu bilang nggak cinta terus sudah nggak cinta?"
Dia menyelaku seolah tidak peduli dengan apa yang baru kukatakan.
Pria itu memegang bahuku tanpa membiarkanku bangun.
Setelah beberapa saat, dia menatapku dengan serius. "Memang benar nggak ada bekas sentuhanku di tubuhmu."
Dia mencondongkan tubuh dan mengendus telingaku. "Kalau saja ada sentuha

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda