Bab 155
Aku tahu emosinya tidak akan stabil begitu aku menyebut masalah perceraian.
Kali ini aku bisa lolos, tetapi bagaimana dengan lain kali?
Mereka semua bilang Lucio membenciku dan sama sekali tidak ingin bertemu denganku. Lucio sendiri tidak membantahnya. Kukira kami tidak akan pernah tidur sekamar, tetapi ternyata kami adalah pasangan normal dan bahkan sering tidur bersama.
Kalau dia terus berada sedekat ini denganku dan menjalani hidup bersama, suatu hari aku akan ketahuan.
Kepalaku terasa pusing, jadi aku memejamkan mata dan suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti.
Aku langsung menegangkan punggungku untuk duduk dan melihat Lucio telah keluar dari kamar mandi.
Ini adalah apartemen luas, tetapi hanya ada satu kamar tidur utama. Sisanya adalah kamar serbaguna, bahkan ruang tamu pun tidak ada seolah telah disiapkan hanya untuk kami berdua.
Awalnya aku ingin tidur di kamar tamu, tetapi Lucio langsung menggagalkan rencanaku.
Dia keluar dan melihatku bersandar di kepala kasur dengan waja

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda