Bab 196
Akhirnya aku mengerti, mungkin penyakit Tuan Besar Marco tidak separah itu. Dia hanya ingin Junia berada di sisi untuk merawatnya.
Tuan Besar Marco memang selalu pilih kasih dan kakek Junia adalah rekan seperjuangannya, jadi tidak heran kalau mereka melakukan hal seperti itu.
Namun aku penasaran. "Kamu sudah lama tahu atau sekarang nggak tahan lagi?"
Lucio tidak menjawab, hanya menurunkan alisnya.
Setelah beberapa saat, dia berkata dengan datar, "Baru tahu sekarang."
Dia terlihat enggan dan tidak terima seolah tidak ingin aku tahu selama ini dialah yang telah ditipu.
Benar juga, orang seperti dia memang keras kepala dan egois. Hidupnya selalu mulus sejak kecil, jadi dia pasti tidak mau menerima kenyataan kalau dirinya telah ditipu.
Ditambah lagi orang yang telah menipunya adalah kakek yang paling dia percayai.
Aku tidak berkata apa-apa, hanya memejamkan mata dan tertidur.
Saat bangun, aku melihat diriku berada di kamar yang tidak asing.
Aku duduk dan bertanya, "Ini Vila Mutiara?"
Lucio

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda