Bab 22
Begitu aku selesai bicara, suasana di dalam kantor langsung terasa beberapa derajat lebih dingin.
Tatapan mata Lucio yang sejak awal sudah tak hangat, kini makin membeku.
Para sekretaris tak berani bernapas keras, semua menunduk.
Pria itu sedikit mengangkat dagu, memberi isyarat agar mereka keluar, dan mereka pun langsung pergi.
Hanya Junia yang masih berdiri di situ, tak bergerak.
"Lucio ...."
"Kamu keluar dulu."
Lucio tidak memandangnya, pandangannya terpaku padaku.
Tatapan Junia bergetar sesaat, lalu dia berkata pelan, "Aku nggak mau pergi. Apa Nona Natalie salah paham lagi tentang kami? Aku bisa jelaskan ...."
Sambil bicara, dia memandang ke arahku, "Nona Natalie, aku dan Kak Lucio benar-benar nggak ada apa-apa. Dari kecil sampai sekarang, kami selalu seperti kakak beradik."
Aku menaikkan alis. "Kakak beradik seayah, tapi beda ibu, atau seibu beda ayah?"
Junia menggigit bibir, lalu berkata pelan, "Kami ini teman masa kecil selama bertahun-tahun! Kalau memang antara kami ada sesuatu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda