Bab 4

Aku tidak tahu seperti apa diriku yang berusia 25 tahun di depan mereka, mungkin aku terlalu pengecut atau terlalu mencintai Lucio, jadi aku membiarkan mereka memerintahku .... Hanya saja, saat ini aku berusia 18 tahun. Aku sama sekali tidak mencintai Lucio. Jadi aku tidak perlu menahan amarahku. Junia berkata pada Lucio dengan ekspresi kesulitan, "Lucio, maafkan aku. Nona Natalie sepertinya nggak mau melihatku, mungkin aku nggak seharusnya datang ke sini ...." "Kenapa kamu datang kalau kamu tahu hal ini?" kataku dengan lugas. "Apakah kamu mau menertawakanku?" Wajah Junia langsung memerah, Lucio langsung berkata dengan dingin, "Natalie, jangan bersikap nggak masuk akal." Aku merasa tidak senang saat melihat Lucio membela Junia, hal ini membuat kesan baikku padanya semakin berkurang. Awalnya aku merasa sangat senang dan beruntung karena bisa menikah dengan pria yang kusukai. Hanya saja sepertinya semuanya tidak seindah itu. Memangnya kenapa jika Lucio tampan dan kaya? Apakah Lucio terlihat hebat dengan meninggalkan istrinya? Kalau benar seperti itu, untuk apa Lucio menikahinya waktu itu! Aku merasa kesal, tapi Junia berkata dengan lembut, "Lucio, kali ini aku datang untuk mengundangmu ke pesta perayaanku ...." Setelah mengatakan ini, Junia seolah-olah baru menyadari kalau aku masih berada di sini yang tidak mungkin baginya untuk tidak mengundangku, jadi Junia berkata, "Bagaimana kalau Nona Natalie juga datang?" Awalnya aku tidak ingin pergi. Saat melihat tatapan menghina dan provokasi di mata Junia, aku langsung menyetujui hal ini. "Baiklah, nggak peduli bagaimanapun juga aku adalah istri Lucio, aku harus menemaninya bertemu dengan teman-temannya." Pada akhirnya aku mengikuti Lucio ke pesta perayaan Junia. Saat kami bertiga muncul, semua orang di dalam ruangan menoleh ke arah kami dengan ekspresi yang aneh. "Kenapa Lucio bawa dia ke sini?" "Ini bukan hal yang aneh, wanita itu suka buat masalah dan memusuhi semua teman wanita Lucio, apalagi Junia!" "Aku dengar dia bunuh diri karena Junia?" "Benar sekali! Wanita itu benar-benar nggak tahu diri, nggak peduli bagaimanapun juga dia beruntung karena bisa menikah dengan Lucio, atas dasar apa dia berhak mengendalikan Lucio? Nggak masalah kalau wanita itu bersikap seperti ini pada wanita-wanita yang lain, tapi siapa itu Junia? Apakah wanita itu pantas dibandingkan dengannya?" Suara mereka tidak besar dan juga tidak kecil yang kebetulan bisa didengar olehku. Aku melirik mereka, lalu menebak jika mereka mungkin adalah teman Lucio atau Junia. Tidak peduli bagaimanapun juga lingkaran pertemanan mereka sama, jadi hal ini tidak mungkin salah. Aku mencibir, pantas saja aku yang berusia 25 tahun ingin bunuh diri, siapa yang tidak depresi jika mendengar ucapan seperti ini setiap harinya? Selain itu, aku pasti sangat mencintai Lucio saat itu, jadi aku terus mengalami penderitaan sampai membuatku ingin bunuh diri. Lucio dan Junia sudah duduk di kursi yang disediakan untuk mereka, hanya aku yang masih berdiri. "Apakah dia nggak canggung berdiri sendiri di sana?" "Bagaimana mungkin dia merasa canggung? Selama bisa bersama dengan Lucio, kamu bahkan bisa memintanya untuk berlutut!" Aku melirik pria yang berbicara dengan dingin. "Dia masih belum mati, untuk apa aku berlutut padanya?" Raut wajah orang itu berubah, seolah-olah tidak menyangka aku akan melawannya hari ini. Lucio menunjukkan ekspresi tidak sabar. "Sudahlah, jangan buat masalah." Aku sudah diejek oleh mereka sampai seperti ini, Lucio tidak hanya tidak membelaku, tapi dia malah hanya berkata seperti itu. Aku mencibir. "Sepertinya kalian nggak menyambutku, jadi aku nggak akan ganggu kalian lagi." Aku langsung berbalik dan pergi setelah mengatakan ini. Aku mendengar seseorang berkata di belakangku. "Apakah aku nggak salah lihat? Nggak disangka dia mengabaikan ucapan Lucio?" "Jangan-jangan dia jadi gila karena Junia?" "Ayo kita taruhan, aku yakin dia pasti akan kembali dalam waktu kurang dari setengah jam ...."