Bab 98
Rasa sakitku yang mendadak membuat Lucio cemas. "Ada apa dengannya?"
Jorel segera berdiri dan berkata, "Kondisinya sangat rumit, sebaiknya kamu cari dokter spesialis saraf untuk memeriksanya ...."
Alis Lucio tiba-tiba berkerut dan wajahnya sangat muram.
"Cuma lengannya yang terluka, kok bisa sakit kepala?"
"Aku nggak tahu ...."
Jorel menggelengkan kepalanya. "Sebelumnya aku menemukan ada yang nggak beres dengannya, tapi dia nggak bilang apa-apa, jadi aku nggak terus bertanya dan cuma mengingatkanmu."
Sorot mata Lucio tiba-tiba menjadi muram. Dia tetap diam, emosinya rumit dan sulit dimengerti.
Sudut bibirku terangkat dan berkata dengan ketus, "Sekarang aku baik-baik saja, sebaiknya kamu pergi dan temui Junia-mu, jangan mengganggu di sini ...."
Kukira Lucio akan langsung pergi. Bagaimanapun, dia bukan orang yang sabar. Meskipun itu adalah Tuan Besar Marco, aku belum pernah melihat orang berbicara kepada Lucio dengan sikap seperti itu.
"Akulah yang lalai."
Tidak disangka Lucio menundukka

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda