Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 377

Devan memandang semangkuk mi yang mengepul dengan hati penuh kebahagiaan. Dia segera melangkah ke meja makan, mulai makan dengan lahap. Ketika melihat itu, Erica pun mulai merasa tergiur. Namun, dalam hati dia masih ingin mencoba untuk mengancam Devan sekali lagi. "Ibu, tadi waktu Kakak pulang, aku lihat dia sedang menelepon." "Pasti ada sesuatu yang membuatnya bahagia, sampai Kakak tersenyum begitu manis!" "Kakak, apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?" Erica berkata dengan nada menggoda, sambil berpikir bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya. Apakah kakaknya bisa memahami maksudnya atau tidak, semuanya tergantung pada kepekaan Devan! "Nggak ada apa-apa, hanya urusan pekerjaan saja." "Ada beberapa hal ... yang menarik." Devan menjawab dengan nada tenang. Sambil mengatakan ini, dia memakan satu suapan besar mi, terlihat sangat puas. "Senang dalam bekerja itu bagus. Yang terpenting saat bekerja adalah merasa bahagia!" "Nanti kalau sudah masuk ke masyarakat, kamu juga harus bahagia!" Rania berkata sambil tersenyum ceria. "Benar, bahagia setiap saat itu baik!" "Bagus untuk kesehatan tubuh dan pikiran!" Benny yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV pun ikut berkomentar. "Huh!" Erica merasa tidak puas ketika dia melihat Devan bisa dengan mudah mengelak seperti itu. Akhirnya, dia memutuskan untuk melakukan tindakan drastis, berseru dengan suara lantang. "Kakak itu sedang jatuh cinta, makanya dia terlihat begitu bahagia!" "Kalau itu urusan pekerjaan, pasti ada wanita yang bekerja bersamanya!" "Dia pasti sedang bermesraan dengan wanita itu!" "Berpacaran terlalu dini seperti ini harus dihentikan, nggak boleh dibiarkan berkembang!" Erica berkata dengan nada tegas. Dia sama sekali tidak ingin kakaknya ditipu oleh wanita itu. Menurutnya, kakaknya seharusnya fokus pada belajar, bukannya malah jatuh cinta. "Kamu ini! Tahu apa gadis kecil sepertimu? Jangan sembarangan bicara!" "Urusan kakakmu itu adalah urusan orang dewasa, bukan untuk kamu tertawakan. Jangan berkomentar lagi!" Rania menegur sambil tertawa kecil. Namun, dalam hatinya dia merasa sangat senang. Dia dan Benny bahkan saling menatap dengan senyum manis, terlihat sangat puas. Sepertinya, berita Devan memiliki pasangan adalah hal yang paling membahagiakan bagi mereka. "Apa-apaan ini? Ibu terlalu memihak!" "Aku tetap akan ikut campur!" Erica memanyunkan bibirnya, tampak tidak senang. "Kamu ini!" Rania hanya bisa menghela napas, merasa sedikit tak berdaya. Gadis ini benar-benar terlalu keras kepala! Namun, bagaimanapun juga, dia adalah putrinya. Tidak mungkin Rania memarahi, apalagi memukul Erica. Saat itu. Devan sudah selesai menghabiskan semangkuk mi. Perutnya terasa kenyang, tubuhnya merasa nyaman. "Gadis kecil ini hanya ingin bermain keluar. Dia mintaku membawanya bermain." "Kalau dia bicara dengan baik-baik, mungkin aku akan setuju." "Tapi kalau dia mencoba mengancam, aku nggak akan menggubrisnya." Devan berkata sambil tersenyum lebar, lalu membawa mangkuknya ke dapur untuk mencucinya. Ketika mendengar itu, Erica tertegun. Dia hanya bisa berdiri diam di tempat. Jika tanpa ancaman, dia bisa keluar bermain? "Sekarang kamu tahu apa artinya terlalu sering berbuat salah akhirnya akan merugikan diri sendiri, 'kan?" Rania berkata sambil menggoda, lalu dengan lembut mendorong kepala Erica. "Aku ...." Erica memanyunkan bibirnya, merasa sedikit kesal. "Kalau sekarang kamu masuk ke dapur dan mengatakan sesuatu yang baik, mungkin besok kakakmu benar-benar akan membawamu pergi bermain." Benny tidak bisa menahan tawa, memberikan saran. "Baiklah!" Erica segera mengangguk, lalu berlari ke dapur. Dia takut Devan benar-benar tidak mau membawanya pergi bermain. "Kakak, hehe ...." "Gaya Kakak saat mencuci piring benar-benar keren, piringnya jadi bersih sekali!" Erica berkata dengan penuh semangat, seperti seekor kelinci kecil yang terus mengitari Devan.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.