Bab 384
Pada saat itu.
Suasana di tempat kejadian menjadi sangat tegang.
Semua orang yang ada di sana menunjukkan ekspresi terkejut, dengan mata penuh amarah menatap ke arah pelaku.
Ini masalah besar!
Perbuatan seperti ini melanggar hukum!
"Lalu .... Lalu tadi waktu aku ganti baju, apakah dia juga ...."
Wajah Della menjadi pucat pasi, tubuhnya mulai gemetaran karena panik.
Pikirannya kalut, dipenuhi berbagai kemungkinan buruk.
Bagaimana jika foto-fotonya saat berganti pakaian tersebar? Hidupnya pasti akan hancur!
Pada saatnya nanti, berapa banyak orang yang akan melihatnya? Berapa banyak rumor yang akan muncul?
Dia bahkan mulai khawatir apakah Devan juga akan memandangnya rendah jika hal ini terjadi?
Air mata Della mengalir deras, dia tak dapat menahan rasa sedihnya.
Perasaannya penuh dengan kecemasan.
Tangisannya pecah, tubuhnya gemetaran penuh rasa takut dan terhina.
Ketika melihat hal itu, Erica tak dapat menahan amarahnya.
"Keluar kamu!"
Erica berteriak keras.
Orang-orang yang tadinya hanya menonton mulai tergerak begitu melihat kondisi Della yang begitu menyedihkan.
Mereka tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi di sini!
Semua orang menjadi sangat marah, ikut berteriak dengan keras.
Mereka merasa harus menegakkan keadilan di saat seperti ini.
"Bajingan ini! Beraninya dia diam-diam mengambil foto seorang gadis di sini! Apa dia nggak ada pekerjaan lain?"
"Dasar orang rendahan! Cepat keluar, atau aku akan masuk untuk menghajarmu sampai mati!"
"Sialan! Di zaman sekarang, memang ada saja manusia rendahan seperti ini!"
Kerumunan pun mulai mengepung pelaku, mengancamnya dengan suara lantang.
Situasi ini membuat Liana merasa sedikit lega.
Untung saja bukan dirinya yang dipotret.
"Jangan takut, Kak Liana! Aku akan melindungimu!"
Marco mencoba menenangkan Liana.
"Apa yang perlu aku takutkan?"
"Kamu harusnya tahu, tak ada api, maka tak ada asap!"
"Ada begitu banyak orang di sini, kenapa dia hanya memotret Della seorang?"
"Jelas ini karena reputasinya yang buruk."
"Mungkin juga, ini hanya sandiwara untuk mencari perhatian!"
Liana tersenyum sinis, melontarkan komentar pedas.
Sikapnya seolah dirinya tidak ada kaitan dengan masalah ini.
"Kamu!"
Della langsung tersentak mendengar komentar Liana. Rasa cemas dan ketakutannya makin bertambah.
Dia tidak menyangka kalau wanita ini akan tega merendahkannya di depan umum.
Pandangan orang-orang di sekitar mulai berubah penuh kebimbangan. Beberapa bahkan terlihat meragukan keaslian insiden ini.
Mereka mulai bertanya-tanya, apakah ini hanya sekadar trik untuk menciptakan sensasi?
"Apa yang Kak Liana katakan ada benarnya. Ini artinya, orang hanya akan menarik orang yang sejenis, 'kan?"
"Kalau begitu, Kak Liana pasti nggak akan mengalami masalah, karena Kakak terlalu sempurna!"
Marco tersenyum polos, berpura-pura imut, berusaha memuji Liana.
"Tentu saja! Aku jauh lebih baik daripada mereka yang terlihat cantik di luar, tapi sebenarnya busuk sampai ke tulangnya!"
Liana tersenyum sinis, penuh kegembiraan.
Dia tampak sangat puas bisa mempermalukan Della.
"Omong kosong! Kami ini korban, bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu?"
"Sebagai orang yang terpelajar, memalukan sekali bicara seperti itu!"
Erica tak dapat menahan amarahnya. Dia membentak dengan suara keras.
Sambil memaki, dia memeluk Della, mencoba menenangkannya.
"Huh! Dia sendiri yang tahu siapa dia sebenarnya!"
"Berhenti berpura-pura polos di depan semua orang. Jangan kira aku nggak tahu apa yang sudah dia lakukan sebelumnya!"
Liana mengejek dengan nada menghina.
"Kamu!"
Erica merasa sangat marah mendengar ucapan itu. Dia tidak menyangka wanita ini akan mengatakan hal seperti itu.
Namun, dia mencoba mengabaikannya. Fokusnya tetap tertuju pada pria yang sedang bersembunyi, pelaku tindakan tidak senonoh tersebut.
"Kenapa masih belum keluar? Kalau nggak, aku akan segera melapor ke polisi!"
Erica mengancam dengan suara keras.
Ketika mendengar itu.
Seseorang akhirnya tidak tahan lagi.
Orang itu adalah Marco.
Keringat dingin membasahi wajahnya, dia tampak sangat cemas.
Jika sampai polisi dilibatkan ....
Dirinya pasti akan hancur!