Bab 21
Keesokan harinya
Di rumah duka.
Alva sudah selesai mengurus prosedur kremasi, lalu melihat mayat itu didorong ke mesin kremasi lalu pergi.
Baru saja dia berbalik, dia melihat Reynald dan Theo muncul bersamaan di pintu masuk.
Melihat mereka berdua, Alva langsung mencibir, "Kalian berdua datang untuk memastikan Kezia sudah mati atau belum? Sekarang sudah percaya, 'kan?"
Theo melirik Alva, lalu melihat ke mesin kremasi.
Matanya langsung memerah, wajahnya juga memucat.
"Yang di dalam sana benar-benar si pembawa bencana?"
"Pembawa bencana?" Alva mencibir, "Theo, kamu itu punya otak apa nggak? Ibu kalian mati karena dia terkena kanker lambung. Kalaupun nggak ada Kezia, dia tetap bakal mati, dia bukan mati karena Kezia!"
"Diam kamu!" teriak Theo pada Alva.
Tepat ketika dia mau memukul Alva, Reynald menghentikannya.
Theo pun melihat Reynald dengan marah. "Reynald, apa maksudmu? Kamu mau melindungi si bajingan ini?"
Reynald melirik Theo lalu kembali melihat Alva.
"Kezia masih istriku, serahkan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda