Bab 2
Kezia berhenti bernapas.
Dia menatap Raina yang bersikap sangat angkuh, air mata yang panas menggenang di kelopak matanya.
Dulu, Kezia adalah putri kesayangan semua orang di rumahnya, semua orang melindunginya dengan sangat baik.
Kakaknya selalu memberikannya semua yang terbaik, ibunya juga memanjakannya tanpa syarat.
Saat itu, Kezia merasa dirinya adalah orang paling bahagia di dunia ini.
Namun, semuanya berubah.
Keluarga ibunya punya sejarah kanker.
Namun, saat tahu dirinya terkena kanker, ibunya tetap memutuskan untuk melahirkan Kezia. Saat Kezia berumur lima tahun, ibunya meninggal.
Sejak itu, kakaknya membenci Kezia karena menurutnya Kezia yang mencelakai ibunya. Saat Raina datang, dia pun selalu berpihak pada Raina.
Termasuk ayahnya Kezia juga tidak suka padanya, jadi dia selalu mementingkan Raina dari segala aspek.
Kalau Raina suka satu baju, Kezia harus mengalah. Perhiasan yang Raina suka, Kezia harus mengalah. Termasuk pria yang Raina suka, Kezia juga harus mengalah.
Namun, jelas-jelas dialah keluarga mereka.
Saat itu, hanya Reynald yang menjaganya seperti seorang kakak dari kecil sampai besar, membuat Kezia merasakan rasanya diutamakan dan disayangi. Bahkan ketika pada akhirnya Reynald juga perlahan-lahan jadi lebih memihak pada Raina dan menjadi kekasih Raina, Reynald tetap memperlakukan Kezia dengan sangat baik.
Dia mencintai Reynald.
Oleh karena itu, dia rela menikahi Reynald meski harus dihujat orang-orang.
Namun, hubungan mereka seketika rusak di malam tiga tahun yang lalu itu.
Meski begitu, orang licik seperti Raina tetap tidak berhak mengatai keluarganya, apalagi mengejeknya.
Kezia bangun berdiri dengan susah payah, lalu dia menegakkan tubuhnya. Waktu melihat Raina, bibirnya membentuk cibiran.
"Sebelum itu, aku tetap istrinya Reynald. Sedangkan kamu, cuma selingkuhan yang nggak bisa dibawa ke mana-mana. Kenapa kamu malah bangga?"
"Kamu itu cuma anak yatim piatu yang didanai keluargaku, kamu pikir kamu benar-benar nona Keluarga Hartono?"
"Kamu pikir dengan melakukan hal-hal rendahan begini, kamu bisa mengambil posisiku? Baik di keluargaku, atau di depan Reynald? Tapi apa pun yang kamu lakukan, kamu tetap ada di bayanganku."
"Mengerti?"
Setelah itu, Kezia langsung berbalik pergi tanpa melihat Raina.
Dia tidak melihat wajah Raina di belakangnya.
...
Kezia duduk di sebuah taksi.
Seluruh kepalanya dipenuhi dengan berbagai ingatan bersama Reynald selama tiga tahun ini.
Ternyata tidak ada satu pun yang pantas untuk dia kenang.
Selama pernikahan ini, dia selalu disakiti dan diabaikan.
Di akhir hidupnya, tidak seharusnya ada Reynald.
Dia menyeret kakinya yang berat memasuki rumahnya bersama Reynald. Wangi bunga mawar yang pekat langsung memasuki hidungnya.
Kezia refleks menutupi hidungnya yang sudah mulai gatal.
Di depannya penuh dengan mawar yang bermekaran, sangat indah dan juga menonjol.
Cantik sekali.
Namun, bagi Kezia, mawar-mawar ini adalah racun yang bisa membunuhnya.
Akan tetapi, dia sudah mau mati, seharusnya sudah tidak berpengaruh.
Dia membungkuk ke arah mawar yang indah itu, tapi tangannya malah tertusuk duri mawar.
Tetesan darah berwarna merah jatuh ke lantai.
Kezia merasakan kepahitan di hatinya.
Memang kalau bukan miliknya, mendekat saja harus ada bayarannya.
Reynald menanam mawar-mawar ini khusus untuk Raina, hanya karena Raina suka.
Kezia pernah protes, memohon pada Reynald jangan menanam bunga karena dia alergi serbuk bunga.
Namun, Reynald malah berkata, "Kalau begitu, kamu keluar saja."
Mawar-mawar yang sangat indah ini mengingatkan Kezia terhadap pengabaian dan juga posisinya di pernikahan ini.
Napas Kezia perlahan-lahan jadi semakin susah.
Dia menutup matanya, lalu akhirnya berbalik pergi.
Dia memasukkan kode sandi brankas di dalam kamar, lalu melihat surat perjanjian perceraian yang ada di dalam.
Tiga tahun lalu, dia dengan sangat bahagia tapi juga tegang menantikan malam pertamanya bersama Reynald.
Namun, yang dia dapatkan bukan cinta dan kasih sayang dari suaminya, melainkan sebuah surat perjanjian perceraian.
Kezia mengambil surat perjanjian itu dengan tangan gemetar, kertas itu sampai ikut bergetar karenanya.
Ketidakrelaan, kesedihan, kesakitan .... Berbagai macam emosi bersatu di hatinya, tapi yang lebih banyak muncul justru rasa lega dan bebas.
Dia memutuskan untuk melepas, mengakhiri pernikahan yang salah ini.
Cekrek ....
Di saat ini, pintu kamar tiba-tiba dibuka.
Reynald berjalan masuk dengan langkah sempoyongan, tercium aroma alkohol dari tubuhnya.
"Kamu minum ...."
Kezia berdiri sambil berbicara, tapi Reynald malah tiba-tiba menghampirinya dan memeluknya. Kemudian, sebuah ciuman yang panas dan tidak bisa ditolak menyerang bibir Kezia.
"Kamu ...."
Mata Kezia membelalak, lalu dia berusaha keras untuk mendorong Reynald.
Tenaga Reynald sangat kuat, tangannya yang merangkul pinggang Kezia mendorongnya ke kasur. Bibir yang panas itu mengecup leher Kezia, membuat Kezia gemetar.
"Nggak boleh, Reynald, kamu sadar diri. Kamu mabuk!"
Kezia segera berseru panik, "Kamu tenang dulu!"
Napas Reynald sangat terburu-buru, tangannya meraba-raba kulit Kezia yang halus, suhu di ruangan juga terus memanas.
Kezia juga jadi ikut terengah-engah karena sentuhannya. Lehernya juga ikut gemetar, lalu mulutnya mengeluarkan desahan yang tidak bisa ditahan.
Suasana mesra memenuhi ruangan, disertai dengan ketegangan.
"Raina ...."
Di saat dia hampir kehilangan kendali, Kezia mendengar gumaman Reynald yang membuat seluruh tubuhnya langsung dingin kembali.
Seperti dugaannya, Reynald salah orang. Bahkan di saat seperti ini, nama yang dia panggil adalah Raina.
Bibir Kezia bergetar, kemerahan di pipinya sudah hilang, hanya tersisa wajah pucat yang penuh dengan keputusasaan.
"Reynald."
Dia mendorong dada Reynald dengan sekuat tenaga. "Lihat baik-baik, aku bukan Raina!"
Reynald menggenggam tangan Kezia yang memberontak lalu menekannya ke kasur, lalu perlahan-lahan menyilangkan jari-jari mereka.
"Jangan bergerak, pintar ...."
"Jangan."
Kezia tidak bisa melawannya. Di bawah serangan Reynald, dia melewati malam di mana hatinya hancur berkeping-keping.