Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Pada hari peringatan tahun kelima pernikahan mereka, hadiah yang diterima oleh Brianna Jarnan adalah panggilan dari firma hukum. "Halo, apakah ini adalah Bu Brianna? Kami dari Firma Hukum Lurdin. Ada orang yang mengajukan gugatan dan menuduh kalau suamimu yang bernama Carlo Sonata mengurung seorang gadis muda secara ilegal. Tolong segera datang ke sini untuk memahami situasinya." Hati Brianna tenggelam, jari-jarinya juga langsung membeku. Dia kurang lebih bisa menebak apa yang telah terjadi, tapi Brianna tetap mengambil syalnya dan berjalan keluar. Lampu di dalam kantor polisi terang benderang, Brianna bisa melihat gadis muda yang dikepung di tengah. Gadis itu berkata dengan ekspresi cemberut dan tidak puas, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian nggak menuntut dan menangkapnya? Dia mengurungku di dalam kamar presidensial hotel selama 7 hari 7 malam! Aku bahkan sampai nggak bisa turun dari tempat tidur! Apa namanya kalau bukan pengurungan secara ilegal?" Suara gadis itu sangat lembut, nada bicaranya terdengar sangat manja dan ... sedang pamer. Beberapa pengacara senior di samping saling bertatapan, lalu memasang ekspresi bosan di wajah mereka. Seorang pengacara magang menganggap serius hal ini, lalu berkata dengan marah, "Ini benar-benar sangat keterlaluan! Ketua, bukankah kita harus segera tuntut orang itu?!" Seorang pengacara yang lebih tua segera menahannya, lalu berkata dengan suara yang rendah, "Omong kosong! Orang itu adalah Carlo Sonata! Orang terkaya di Kota Soulen!" "Memangnya kenapa kalau dia orang terkaya? Apakah orang kaya bisa bertindak sesuka hati?" Pengacara magang itu berkata dengan tegas. "Apa maksud dari bertindak sesuka hati!" Pengacara yang lebih tua sangat ingin menutup mulutnya. "Itu adalah permainan cinta antara Pak Carlo dan Nona Firlia! Apakah kamu paham dengan maksud permainan cinta? Nona Firlia sering ke sini. Terakhir kali Nona Firlia bilang Pak Carlo membelikan perhiasan seharga ratusan miliar, tapi dia nggak bisa pakai semua perhiasan itu, jadi Nona Firlia sangat khawatir sampai nggak bisa tidur. Sebelumnya lagi, Nona Firlia bilang kalau Pak Carlo menyewa seluruh kebun mawar untuknya, yang buat dia alergi serbuk sari ... Ini bukan laporan kriminal biasa, ini adalah cara mereka untuk memamerkan kemesraan mereka!" Pengacara magang itu membuka mulutnya lebar-lebar, dia baru menemukan suaranya setelah beberapa saat berlalu. "Bu ... bukannya Pak Carlo punya istri? Tadi aku bahkan minta istrinya untuk datang ...." Setelah mendengar ini, beberapa pengacara menunjukkan ekspresi yang rumit. Saat pengacara tua hendak berbicara, mereka tiba-tiba mendengar keributan dari depan pintu. Semua orang melihat ke arah datangnya suara. Carlo sudah tiba. Pengawal berbaju hitam memimpin jalan, mereka melindungi Carlo yang berjalan di tengah. Pria itu mengenakan setelan jas mewah yang membuat sosoknya terlihat tinggi dan tegap, alisnya juga terlihat tegas. Pria itu memancarkan aura kuat yang membuat orang-orang tidak berani mendekatinya. Hanya saja saat Carlo melihat gadis yang menuntutnya, tatapannya langsung melembut. Carlo segera berjalan mendekat, lalu setengah berlutut di depan gadis itu. Dia mendongak, kemudian berkata dengan nada bicara yang penuh dengan kasih sayang. "Sayang, apa lagi yang sedang kamu lakukan?" Rongga mata Firlia langsung memerah saat melihat Carlo, bahkan langsung meninju bahunya. Firlia berkata sambil menangis, "Kamu tahu apa yang sedang kulakukan! Kamu ... melakukannya selama 7 hari! Aku sudah bilang kalau aku nggak mau melakukannya lagi, tapi kamu sama sekali nggak mau melepaskanku ... huhuhu ...." Pengacara di sekitar memalingkan wajah mereka dengan canggung. Carlo menghela napas dengan tidak berdaya, lalu mengulurkan tangan untuk menyeka air matanya. "Ini semua salahku, aku nggak bisa mengendalikan diriku karena terlalu menyukaimu. Tapi Lia, bukannya kamu juga sangat menikmati hal ini?" Wajah Firlia langsung memerah, dia berkata dengan malu dan marah, "Ja ... jangan bicara lagi!" "Baik, aku nggak akan bilang apa pun lagi." Carlo membujuknya sambil tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah kotak hadiah beludru dari belakang tubuhnya. "Coba kamu lihat apakah kamu menyukainya atau nggak." Mata Firlia langsung berbinar setelah membuka kotak itu, tidak disangka dia akan melihat kalung berlian biru yang bernama "Air Mata Laut" yang sangat dia inginkan di dalam kotak ini! Harga kalung ini benar-benar sangat mahal. Dia menutup mulutnya dengan terkejut. "Astaga! Kenapa kamu bisa tahu aku suka dengan kalung ini?" "Bagaimana mungkin aku nggak tahu kesukaanmu?" ujar Carlo dengan santai. Seolah-olah mengingat setiap kesukaan Firlia adalah hal yang wajar. Terdapat tatapan bangga di mata Firlia, tapi dia segera teringat kalau dia sedang "marah" dengan pria ini. Jadi dia langsung mendengus dan memalingkan wajahnya ke samping. "Jangan kira aku akan memaafkanmu dengan mudah!" Carlo bertanya dengan sabar, "Kalau begitu apa yang harus kulakukan agar amarahmu bisa menghilang? Bagaimana kalau ... aku dipenjara selama beberapa hari?" Setelah mengatakan ini, pria itu langsung berdiri dan hendak menghampiri pengacara. Firlia langsung memeluk pinggangnya dengan cemas. "Jangan!" Dia membenamkan wajahnya di pelukan Carlo, lalu berkata dengan suara yang teredam sambil berlinangan air mata. "Kenapa kamu memperlakukanku begitu baik .... Jelas-jelas aku mau menangkapmu, tapi kamu masih memanjakanku seperti ini ...." Carlo mengelus rambutnya dengan perlahan, lalu berkata dengan lembut, "Karena aku menyukaimu." Firlia tersenyum sambil berlinangan air mata, lalu mendongak untuk mencium dagu Carlo. "Lain kali aku nggak akan buat masalah lagi, ayo kita pulang." "Hm, ayo pulang." Carlo menggenggam tangannya dan berbalik. Saat hendak berbalik, tatapan Carlo menatap sudut ruangan dan tertegun sejenak. Brianna sedang berdiri di sana dengan ekspresi pucat. Tatapan Carlo sedikit menggelap dan juga terdapat beberapa emosi yang melintas di matanya, tapi Carlo segera menenangkan dirinya. "Kenapa kamu datang ke sini?" Firlia segera berkata, "Aku yang minta pengacara untuk panggil dia ke sini, kamu nggak marah, 'kan?" Carlo melirik Brianna, lalu berkata, "Nggak." Pengacara tua di samping menepuk bahu pengacara magang, suaranya tidak terlalu keras atau kecil, tapi bisa didengar oleh semua orang. "Kamu sudah lihat belum? Memangnya kenapa kalau dia adalah istri Pak Carlo? Semua orang tahu kalau istri Pak Carlo cuma sebuah pajangan." Kata "pajangan" bagaikan sebuah belati yang menusuk jantung Brianna dan diputar dengan keras. Benar sekali, dia hanya sebuah pajangan selama lima tahun ini. Seorang pengamat menyedihkan yang menjadi saksi betapa Carlo mencintai orang lain. Hanya saja, siapa yang bisa mengingat jika Carlo juga pernah memanjakannya 5 tahun yang lalu? Pada saat itu, Brianna adalah teman terbaik adik Carlo yang bernama Carmella Sonata. Jadi dia pergi ke rumah Keluarga Sonata setiap harinya. Carlo adalah seorang tokoh yang penting di dalam lingkaran keluarga konglomerat. Dia sangat cakap, dingin, pendiam dan tidak dekat dengan semua orang. Pada awalnya Brianna sangat takut padanya. Setiap kali melihat Carlo, dia akan bersembunyi seperti tikus yang bertemu dengan kucing. Hanya saja, Brianna menyadari jika pria berwajah dingin ini sepertinya memperlakukannya dengan berbeda. Carlo mengingat makanan penutup kesukaannya, lalu meminta pelayan untuk menyiapkannya lebih awal. Saat Brianna tidak sengaja memecahkan vas antik yang dikoleksi oleh Carlo, reaksi pertama pria itu adalah memeriksa apakah tangannya terluka atau tidak. Saat Brianna mengalami demam, pria itu bahkan membatalkan pertemuan penting dan menemaninya sepanjang malam. Brianna bahkan berkata dengan polos pada Carmella, "Kakakmu sepertinya nggak semenakutkan itu." Carmella mentertawakannya. "Dasar bodoh, itu karena kakakku menyukaimu! Dia bahkan malas lirik wanita lain." Brianna terkejut dan kebingungan terhadap hal ini, tapi tidak lama kemudian Carlo memang mengejarnya dengan mendominasi dan lembut. Begitu pria seperti Carlo menyukai seseorang hampir tidak ada wanita yang bisa menolaknya, apalagi Brianna tanpa sadar sudah mencintainya. Setelah berkencan selama tiga tahun, Carlo sangat memanjakannya. Semua orang di dunia ini mengetahui jika putra dari Keluarga Sonata memiliki wanita yang dia cintai yang bernama Brianna. Pada akhirnya mereka menikah. Di pesta pernikahan, Carlo menggenggam tangannya, lalu bersumpah pada pendeta. "Aku hanya mencintai Brianna dalam kehidupan ini." Brianna mengira mereka akan hidup dengan bahagia untuk selamanya. Tidak lama setelah mereka menikah, dia dan Carmella bertemu dengan beberapa preman saat sedang pergi bermain. Carmella melindungi Brianna di belakangnya, lalu berteriak dengan keras. "Anna, cepat pergi minta bantuan! Aku akan menghalangi mereka!" Brianna menolak, tapi Carmella mendorongnya dengan kuat. Brianna berusaha untuk berlari dengan cepat sambil berharap ada seseorang yang bisa membantu mereka. Hanya saja, semakin Brianna berlari, dadanya semakin terasa sesak. Tiba-tiba rasa amis menyeruak dari tenggorokannya, lalu Brianna memuntahkan seteguk darah. Kemudian dia kehilangan kesadarannya. Begitu tersadar kembali, dia menerima dua kabar buruk. Pertama-tama, dokter memberitahunya kalau dia menderita kanker. Hal yang kedua, polisi memberi tahu Brianna jika Carmella diperkosa hingga mati oleh sekelompok preman. Jenazah Carmella baru ditemukan keesokan paginya dalam kondisi yang mengerikan. Dunia Brianna langsung runtuh. Tidak hanya dia, dunia Carlo juga runtuh. Carlo kehilangan adik yang sangat dia cintai. Di balik rasa sedih, terdapat amarah dan kebencian yang tidak berujung. Carlo menanyai Brianna dengan rongga mata yang memerah, suaranya juga terdengar sangat putus asa. "Kenapa? Kenapa kamu meninggalkannya sendirian? Kenapa kamu nggak cari bala bantuan setelah kabur? Apakah kamu tahu betapa mengenaskannya kondisi Carmella?! Brianna, katakan padaku!" Brianna patah hati saat melihat ekspresi penderitaan di wajahnya. Dia ingin menjelaskan jika dia jatuh pingsan setelah memuntahkan darah. Bukannya sengaja tidak menolong Carmella. Hanya saja, apa gunanya dia menjelaskan hal ini? Carmella sudah tidak bisa kembali lagi. Kalau Carlo mengetahui jika istri tercintanya juga sedang sekarat, apakah dia akan sangat terpukul karena kehilangan dua orang yang dicintai dalam satu malam? Jadi Brianna memilih untuk diam, menelan semua penjelasan dan ketidakberdayaannya di dalam perutnya. Sedangkan sikap diam Brianna dianggap sebagai persetujuan, perbuatan yang kejam dan bukti melarikan diri dari kejahatan di dalam mata Carlo. Brianna terjatuh dari surga ke neraka, semua cinta pria itu langsung berubah menjadi kebencian dalam sekejap. Demi membalas dendam, Carlo tidak lagi kembali ke rumah dan memperlakukannya dengan dingin. Pada akhirnya, Carlo bahkan berkencan dengan Firlia, seorang mahasiswi yang 70% mirip dengan Brianna. Semua cinta, kelembutan dan kasih sayang yang pernah Carlo berikan pada Brianna, diberikan berkali-kali lipat lebih banyak pada Firlia. Brianna mengetahui jika pria itu sengaja bertindak seperti itu. Carlo ingin Brianna melihat bagaimana dia memberikan cintanya pada wanita lain, dia ingin Brianna tersiksa sepanjang harinya. Dia memang tersiksa. Hanya saja, pria itu tidak mengetahui jika waktunya sudah hampir habis. Beberapa waktu yang lalu, Brianna pergi untuk pemeriksaan sendirian. Dokter melihat hasilnya, lalu berkata dengan serius, "Tumornya telah menyebar ke mana-mana .... Nona Brianna, kamu cuma punya waktu setengah bulan." Sebentar lagi dia akan benar-benar meninggalkan pria itu dan menemani Carmella.
Bab Sebelumnya
1/24Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.