Bab 214
Jika Hendry ingin menghancurkan seseorang, dia pasti akan melakukannya dengan kejam, menguliti habis, merobek harga diri mereka hingga tak bersisa.
Namun, Windy tidak pernah meminta Felica meneleponnya.
Dan seandainya pun dia yang menyuruh, memangnya kenapa?
Dia yang tidak menggunakan pengaman!
Windy menatapnya dengan mata berkilat, berusaha menekan emosi yang berkecamuk di dadanya. "Aku mengerti maksudmu, Pak Hendry. Tenang saja, aku nggak akan menghubungimu lagi. Sekarang, silakan pergi," balasnya.
Dia mengangkat dagunya sedikit, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Dia tidak mau menangis di depannya.
Namun, Hendry justru semakin menikmati pemandangan itu. Melihat mata Windy yang memerah, bibirnya yang sedikit bergetar, ada kepuasan tersendiri yang muncul dalam hatinya. "Bagus. Biarkan dia juga merasakan sakit. Biar dia tahu aku membencinya," pikirnya dalam hati.
Membenci kenyataan bahwa malam itu wanita itu tidak datang.
Hendry sengaja menelepon sekretarisnya, karena dia tahu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda