Bab 222
"Cukup, jangan katakan lagi!" sela Windy, dia tidak mau dengar.
Dia tidak ingin mendengarnya sama sekali.
Hendry mencibir. Dia hanya ingin Windy mendengarnya. Dia ingin Windy mengingat bahwa ini adalah hal-hal yang tidak diinginkannya.
Dia tidak menginginkannya, jadi Hendry memberikannya kepada teman sekelasnya!
Hendry melepaskannya dan berkata dengan nada dingin, "Baiklah, kalau begitu, cerai saja, besok kita cerai. Kalau bukan karena Nenek, dari dulu aku pasti sudah membuatmu turun dari jabatan Nyonya Tjuara. Ada begitu banyak wanita yang mengantre di luar sana!"
Hati Windy terasa sakit. Dia melengkungkan jari-jarinya yang putih dan ramping, lalu berkata dengan marah, "Kalau begitu, kita besok pagi jam 9 kita ketemu di pintu masuk Kantor Catatan Sipil."
Setelah mengatakan itu, Windy pergi tanpa menoleh ke belakang.
Hendry melirik sosok rampingnya dengan ekspresi dingin. Cerai ya cerai.
Awalnya, dia ingin menjauhkan diri dari Windy dan memutuskan hubungan dengannya.
Pernikahannya deng

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda