Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14

Suara Matthew rendah dan sejuk, tetapi napasnya sangat panas, menyapu lembut di leher Kayla, membuatnya sontak menundukkan lehernya. Tampaknya Matthew tidak terlalu mahir dalam urusan mengikat rambut, karena sudah lama sekali, dia masih belum selesai. Punggung Kayla hampir bersentuhan dengan dada hangatnya. Tidak benar-benar menempel, tetapi keberadaannya terlalu nyata untuk diabaikan. Kayla menarik napas, melepas sarung tangan yang penuh ketan. "Sini, aku saja." Pandangan Matthew beralih dari leher belakangnya yang memerah, dan berkata, "Kamu nggak terbiasa aku memperlakukanmu sebaik ini?" Kayla menatap langsung mata Matthew. "Lumayan, aku harap kamu bisa perhatikan batasannya lain kali." Kayla sudah tidak menginginkan Matthew lagi, sehingga dia tidak akan bermain api dengannya. Matthew hanya merasa ketidaknyamanan yang menekan dadanya muncul lagi. Matthew tidak berbicara lagi, tetapi masih terus menatap Kayla. Cahaya yang lembut menyinari wajah Kayla ketika dia sedang menuang ketan ke dalam wadah kaca. Pemandangan itu begitu memukau. "Kayla, sini aku bantu, aku juga ingin belajar," kata Faris sambil menjulurkan kepala. "Oke." Matthew pun berbalik dan pergi. Namun, dia masih bisa mendengar percakapan mereka berdua. Kayla meminta Faris memadatkan beras ketan yang sudah dimasukkan, lalu melubanginya, dan meletakkannya di rak untuk difermentasi. Kayla juga memberi tahu Faris, arak jeruk yang dibuat sekarang, paling enak diminum saat tahun baru. Matthew kembali ke ruang pesta. Melihat Matthew tidak fokus, Yogi langsung mencibirnya tanpa simpati, "Hebat juga kamu, ngebiarin Faris dekat dengan istrimu?" "Mereka lagi buat arak jeruk." "Kalau begitu, aku mau minta Kak Kayla menyisakan dua botol lagi untukku, mana cukup kalau cuma segitu." Chris segera pergi. "Ambilin dua kotak permen sorgum rasa jeruk untukku juga dong," teriak Yogi. Matthew meneguk anggur di gelasnya, rasanya agak sepat. Ternyata itu permen sorgum rasa jeruk, bukan kue jeruk. Dulu setiap kali akan pergi ke luar negeri setelah tahun baru, koper Matthew selalu terisi beberapa kotak makanan buatan Kayla, tetapi dia tidak pernah membawanya ataupun mencicipinya. Ternyata, banyak orang yang menyukai hal-hal yang tidak disukai Matthew. Para tamu yang menghadiri pesta Keluarga Walker tampil dengan busana yang modis dan berkelas. Mereka saling bercengkerama dan bersenda gurau. Suasana di pesta tersebut sungguh sangat meriah. Sedangkan, Kayla malah berusaha menghindari keramaian sepanjang malam. Dia bahkan tidak muncul sama sekali. Akhirnya, pesta ini benar-benar menjadi pesta penyambutan Matthew. Matthew minum cukup banyak malam itu. Ketika kembali ke kediaman utama, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Dia melepas dasi dan duduk santai di sofa ruang tamu. Di atas meja terdapat sepiring permen sorgum jeruk bertabur kelapa parut, terlihat sangat lezat. Matthew mengambil sepotong, lalu memasukkannya ke mulut. Teksturnya empuk, kenyal, dengan aroma jeruk yang pekat, rasanya manis, tetapi tidak enek. Hari ini Matthew baru tahu, ternyata Kayla cukup terampil. Jika tidak ada Natalie, mungkin dia tidak akan begitu menolak keberadaan Kayla. Namun, hidup memang begitu, urutan kehadiran itu sangat penting. Jika datang terlambat, tetaplah terlambat. Matthew tidak makan lagi. Dia bangkit berdiri dan kembali ke kamar. Setelah mandi, terdengar ketukan di pintu. Bibi Sinta, salah satu pelayan, berdiri di depan pintu sambil membawa air madu. "Anda minum banyak hari ini. Nona Kayla sengaja menyiapkan minuman ini untuk Anda. Katanya agar besok nggak sakit kepalanya." Matthew merasa terkejut. "Dia masih belum tidur?" "Belum, Anda mau minum?" Matthew menatap segelas air madu itu beberapa saat. Dia akhirnya tetap mengambilnya. "Aku nggak mungkin menolak kebaikan wanita itu setelah bercerai, 'kan?" gumam Matthew dalam hati. ... Kayla tidur setengah sadar saat mendengar suara ketukan di pintu. Kayla baru benar-benar sadar setelah beberapa saat. Dia turun dari tempat tidur dan membuka pintu, lalu melihat Bibi Sinta. "Ada apa?" "Pak Matthew ingin bertemu dengan Anda." Kayla benar-benar sudah mengantuk, matanya hampir tidak bisa terbuka. "Malam-malam begini, mencariku?" "Mungkin ada hal yang sangat penting?" Kayla menunduk, lalu melihat piama dan celana tidurnya. Sebenarnya piamanya masih cukup sopan, tetapi dia tetap menyelimuti diri dengan syal. Kamar Matthew berada di lantai tiga. Pintunya tertutup rapat, membuatnya sedikit terkejut. "Bukankah katanya ada urusan yang perlu dibicarakan denganku?" batin Kayla. Kayla mengetuk perlahan, tetapi tidak ada jawaban. Kayla tidak ingin kejadian memalukan sebelumnya terulang lagi, sehingga dia mengetuk sekali lagi. "Matthew, kamu ada di kamar?" Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Mata pria itu memerah. Tatapannya yang gelap terasa dingin dan tajam, seakan baru saja ditempa oleh es. Kayla merasakan sesuatu yang tidak beres. Saat ingin berbalik, pria itu langsung menyeretnya masuk ke dalam kamar ...

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.