Bab 5
Masalah di pabrik Kayla ini cukup serius.
Dia mengatur semuanya satu per satu, dan berkomunikasi dengan klien. Pada saat melihat Matthew, dia tampak terkejut.
Penampilan Matthew begitu menawan. Setelan gelap yang dikenakannya menonjolkan posturnya yang tegap, hanya saja garis wajahnya yang sedikit tajam, dan tatapannya yang dingin membuat Kayla langsung membatalkan niatnya untuk mengaguminya.
Chris datang berlari dengan penuh semangat dan berkata dengan bangga, "Kak Kayla, kakakku datang untuk membantumu."
"Matthew? Membantuku?" ucap Kayla dalam hati.
Jika benar-benar ingin membantunya, seharusnya dia sudah ikut masuk sejak turun dari mobil tadi. Menunggu sampai sekarang baru membantu, pasti karena ibu mertua memarahinya lagi, 'kan?
Bantuan yang diberikan setengah hati seperti ini, Kayla juga tidak butuh. "Masalah ini bisa aku selesaikan sendiri."
Penolakan Kayla membuat alis Matthew berkerut dalam-dalam.
"Ini urusan perusahaan, nggak perlu bersikap kekanak-kanakan."
"Bersikap kekanak-kanakan?" gumam Kayla dalam hati.
Di mata pria itu, dia hanya bisa berbuat licik atau bersikap kekanak-kanakan?
Pokoknya, di mata Matthew, dirinya cuma wanita licik yang tidak bisa membedakan urusan pribadi dan pekerjaan, serta tidak bisa membedakan benar atau salah!
Kayla malas menjelaskan, langsung berbalik untuk pergi.
Matthew tidak senang. Dia menggenggam pergelangan tangan Kayla dan berkata dengan dingin, "Sikap macam apa ini?"
Kayla merasa sangat sakit karena cengkeramannya. Dia ingin menarik tangannya kembali, tetapi cengkeramannya malah semakin kuat. Tatapannya tajam, seperti pisau.
Kayla tak bisa menahan tawa sinis. "Sikap? Ini sikapmu padaku selama tiga tahun, aku hanya menggunakannya sekali, Pak Matthew sudah nggak tahan?"
Matthew terkejut sejenak.
Kayla mengerahkan tenaga untuk melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Matthew, mengibas-ngibaskan pergelangan yang sudah memerah, lalu berjalan masuk ke kantor.
Wajah Matthew tampak sangat muram. Tak pernah terbayangkan, istri yang selalu aktif mendekatinya kini bisa begitu lantang membalasnya.
Hal ini membuat hatinya dipenuhi kemarahan.
Chris juga bingung, menggaruk hidungnya sendiri. "Kak Kayla kok jadi begini?"
Dulu, setiap kali Matthew pulang, Kayla akan memasak makanan kesukaannya dan menunggunya pulang dengan sabar.
Jika menunggu terlalu lama, Kayla pasti akan mencarinya dan berkata, "Chris, bisakah kamu membawakan makanan ini untuk Matthew?"
Di matanya masih terlihat niat membujuk dan harapan agar suaminya bisa memahami dirinya.
Namun, sekarang ...
"Kak, sekarang bagaimana?"
"Ini anak perusahaan dari Grup Walker, juga terkait dengan pesanan ekspor dua triliun."
Oh, kalau begitu bantu saja!
Agar kedua orang tidak bertengkar dan masalah bisa diselesaikan dengan lancar, Chris menjadi penengah.
"Kak Kayla, ini kesempatan emas untuk menjalin hubungan baik dengannya dan membuatnya mengenalmu."
Selesai membalas pesan kerja, Kayla menjawab Chris dengan tenang, "Biarkan orang lain yang mengambil kesempatan ini."
Chris terkejut, dia mendekat dan berusaha lebih keras meyakinkan, "Berpisah seperti ini sangat disayangkan, kamu bahkan belum pernah tidur dengannya. Dia begitu tampan."
Kayla mengangguk. "Memang sangat tampan." Sahabatnya juga pernah mendeskripsikan Matthew seperti itu, dan dia memang pria yang luar biasa tampan.
"Chris, coba bayangkan, ada sebuah apel yang sangat cantik, tapi sudah penuh dengan air liur orang lain. Apakah kamu masih mau menggigitnya?"
Chris, " ... "
"Hm, rupanya dia jijik pada Kak Matthew!" pikir Chris.
Chris masih berniat mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba asisten Kayla masuk sambil mendorong pintu. "Bu Kayla, semua pinjaman sudah kami dapatkan, dan kami sudah mulai bekerja."
"Baik, aku akan pergi cek." Kayla berjalan keluar. Asistennya menambahkan, "Mereka bilang, sepertinya Natalie datang."
Langkah Kayla terhenti sejenak. Dia menoleh ke arah Chris dengan senyuman tipis dan berkata, "Kalau dia bersedia menunggu, aku pasti akan memanfaatkan kesempatan emas ini."
Chris hanya terdiam.
Bisa-bisanya Natalie datang di saat seperti ini!
Kayla bertemu dengan Matthew yang bersiap pergi di depan pintu gedung kantor.
"Aku ada urusan penting, minta Chris tetap tinggal di sini untuk membantumu," ujar Matthew.
Kayla tersenyum tipis, yang terasa sedikit dipaksakan. "Baik."
Chris yang melihat itu, segera menarik Matthew yang hendak pergi. Dia mengernyitkan alis dan berusaha menyelamatkan situasi. "Kak, bukankah kamu bilang ini anak perusahaan Grup Walker, yang terkait pesanan ekspor senilai dua triliun? Emangnya ada yang lebih mendesak dan penting dari ini sekarang?"
Tanpa menunggu jawaban dari Matthew, Kayla langsung berjalan pergi. Dia sudah tahu jawabannya.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan Natalie selalu dianggap lebih penting.
Sementara dia, Kayla, jelas tak pernah dianggap berarti, jadi tentu saja dia tak akan pernah dipilih.
Kayla merasa bersyukur dia tidak termakan dengan kesempatan yang dikatakan oleh Chris. Jika tidak, betapa sakitnya hatinya sekarang?