Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Maaf, Tak SeleveMaaf, Tak Seleve
Oleh: Webfic

Bab 10 Sangat Menggemaskan

Di sinilah tempat paling mahal di Kota Jayata. Setiap lantainya adalah satu unit apartemen besar dan harga satu unit bisa mencapai puluhan miliar. Kalau disewa pun, biayanya tetap luar biasa tinggi. "Hmm, ya. Nenek, terima kasih sudah mengantarku, aku duluan ya." Ardelia berpamitan dengan sopan. Nyonya Besar Aruna menatapnya yang menjauh, lalu bergumam pelan, "Sepertinya cucu kandungku ini tanpa pulang ke Keluarga Lume pun bisa hidup dengan baik." Sopir berkata, "Nyonya Besar, aku juga merasa Nona Ardelia jauh lebih baik daripada Nona Vienna. Dia kelihatan tulus, nggak palsu." "Bahkan kamu pun bisa melihatnya, tapi pasangan suami istri buta itu malah nggak bisa," ujar Nyonya Besar Aruna dengan nada jijik. Sesampainya di rumah, Ardelia bahkan menerima pesan dari Adrian. [Ardelia, sudah sampai rumah belum? Kalau kamu ingin tinggal di rumah Keluarga Lume, bilang saja. Kamarmu selalu siap kapan pun.] Pesan itu terasa sedikit palsu. Dia hanya membalas "hmm", lalu membuka membalas pesan di grup teman-temannya. Calista, [Ardelia, bagaimana kabarmu di Kota Jayata?] Ardelia, [Lumayan baik. Kamu bagaimana, syutingnya lancar?] Calista, [Lancar! Tapi aku kangen sama kamu. Nanti kalau sudah selesai syuting, aku mencarimu ke sana!] Ayumi, [Aku juga mau ke sana!! Ardelia, huhu, aku akhir-akhir ini dipaksa ayahku kerja di kantor. Aku sangat kasihan!] Ardelia tersenyum, [Kerja yang benar.] Mereka mengobrol sebentar, lalu Ardelia pun bersiap untuk tidur. Keesokan paginya. Ardelia masuk lift. Dia menunduk membalas pesan dan satu sosok tinggi masuk ke dalam, menutupi cahaya lampu di atas kepalanya. Ardelia spontan mendongak dan pandangannya bertemu dengan mata pria itu. "Kenzo?" Ardelia terkejut. "Kamu juga tinggal di sini?" Suara Kenzo rendah dan penuh wibawa. "Kamu di lantai berapa?" "Ya, aku di lantai enam belas." "Aku lantai lima belas," kata Kenzo. Ardelia melirik tombol lift, itu memang lantai lima belas. Ternyata mereka tetangga satu atas, satu bawah. Suasana di dalam lift agak canggung kalau diam saja, jadi Ardelia mencoba membuka obrolan, "Kamu ke sini juga karena ada proyek?" "Ya. Mungkin akan tinggal cukup lama." Kenzo menyelipkan satu tangan ke saku, seluruh tubuhnya memancarkan aura elegan alami. Sisi wajah di bawah cahaya lampu tampak semakin memikat. Kenzo berkata, "Punya mobil? Aku antar saja." Ardelia agak terkejut, Kenzo ternyata lebih mudah didekati daripada yang dia bayangkan. Dia baru pindah ke sini, belum sempat membeli mobil pribadi, biasanya memakai mobil kantor. Kenzo melihat keraguannya, tepat saat lift sampai di area parkir, "Ayo." Ardelia hanya bisa mengikutinya. Mobil pria itu adalah Rolls Royce hitam, sangat cocok dengan auranya yang kalem dan berwibawa. Ardelia duduk di kursi penumpang depan dan berkata, "Nggak disangka kamu menyetir sendiri." "Baru datang," jawabnya singkat. Tapi Ardelia langsung paham maksudnya dia juga belum sempat membawa banyak anak buah. Mobilnya melaju dengan stabil. Ardelia mengeluarkan lipstik dan merapikan riasannya di cermin kecil. Dari sudut mata, Kenzo melihat kepalanya sedikit terangkat, ujung lipstik bergulir di bibir, membuatnya bibirnya semakin menggoda .... "Ugh!" Kenzo tiba-tiba menginjak rem mendadak. Untung tangan Ardelia cukup stabil, kalau tidak, mungkin wajahnya sudah kena lipstik. Dia menatap Kenzo dengan bingung. Kenzo berkata, "Maaf." "Nggak apa-apa, pasti mobil depan rem mendadak." Ardelia membantunya mencari alasan dengan sopan. Setelah sampai kantor, Ardelia mengambil tasnya dan turun, "Terima kasih, sampai jumpa." "Hmm." Kenzo memandangi punggungnya yang tinggi semampai dan sudut bibirnya terangkat sedikit. Meski si tua Julian menyebalkan .... Tapi, putrinya benar-benar menggemaskan.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.