Bab 2 Putri Palsu Bermuka Dua
Wajah itu sedikit mirip Melisa, tapi lebih cantik.
Kuku jari Vienna langsung menancap ke telapak tangannya sendiri.
Dia pikir, putri kandung yang hilang pasti pengecut dan kampungan tapi ternyata sangat cantik!
Melisa dan Adrian pun terlihat sangat terkejut.
Ardelia menatap orang-orang di ruangan itu, lalu perlahan memecah keheningan, "Halo, aku Ardelia ... putri kalian."
Nada suaranya datar, sikapnya tenang, tidak seperti pertemuan kembali dengan keluarga, tapi lebih mirip sedang bernegosiasi. Namun di matanya terselip sedikit harapan yang nyaris tak terlihat.
Melisa baru sadar kembali, lalu segera melihat ke arah Vienna dengan khawatir. Setelah itu barulah dia berkata, "Ardelia, ayo duduk."
Ardelia berjalan ke sofa dan duduk.
Semua orang menatapnya, membuatnya sedikit tidak nyaman.
Setelah melihat pakaian Ardelia, Vienna baru merasa lebih lega.
Ternyata sama seperti dugaannya, meski cantik, Ardelia sama sekali tidak memakai barang bermerek, kemungkinan besar dibesarkan oleh keluarga biasa.
"Kakak, akhirnya kamu pulang juga. Kami semua sangat merindukanmu." Vienna berkata lembut.
Ardelia menatap Vienna dan langsung tahu kalau itu putri palsu yang telah menggantikan posisinya di Keluarga Lume. Dia hanya bergumam pelan, "Hmm."
Mata Vienna langsung memerah, "Kakak, kamu nggak menyukaiku, ya?"
Ardelia, "??"
Ardelia merasa bingung, "Kenapa aku nggak menyukaimu?"
Vienna menunduk, suaranya serak, "Aku tahu Kakak pasti membenciku karena sudah menggantikan posisi Kakak. Aku benar-benar minta maaf. Kalau Kakak nggak menyukaiku, aku bisa pergi sekarang juga."
Wajah Reza langsung terlihat masam. Dia segera berdiri di depan Vienna, melindunginya dan menatap Ardelia dengan dingin, "Kalian ditukar dan itu bukan salah Vienna. Kamu nggak perlu melampiaskan amarah padanya!"
Saat merasakan kebencian mendadak, Ardelia kembali terdiam.
Dia menemukan kalau Keluarga Lume tampaknya tidak menyambut kedatangannya.
Dia melirik Vienna, lalu tersenyum tipis, "Sepertinya aku belum mengatakan apa-apa. Kamu nggak perlu terlalu sensitif. Kalau kalian nggak menyambutku, aku bisa nggak kembali."
Kalimat itu langsung membuat semua orang merasa bersalah.
Melisa buru-buru menggenggam tangannya, "Ardelia, bukan itu maksud kami."
Lalu dia menatap Vienna, "Vienna, kakakmu nggak bermaksud mengusirmu, jadi jangan terlalu tegang."
Vienna sempat tertegun mendengar teguran itu, tapi segera tersenyum lagi, "Baik, Kakak, selamat datang di rumah. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukmu."
Vienna mengeluarkan produk perawatan kulit bermerek.
Ardelia melihat sekilas, lalu mengeluarkan hadiah yang sudah disiapkan.
"Ayah, ini teh Oolong untukmu. Ibu, ini syal Shanel untukmu," ujar Ardelia.
Sedangkan Reza ....
Ardelia tidak tertarik menjilat orang yang tidak menyukainya.
Reza melihat berkali-kali, tapi tidak menemukan Ardelia mengeluarkan hadiah untuknya, jadi agak kecewa.
Vienna terkejut melihat hadiah Ardelia, "Kakak hebat sekali! Syal Shanel ini sudah langka, dulu Ibu bahkan nggak bisa mendapatkannya, tapi kamu malah bisa mendapatkannya. Terus teh Oolong ini sangat mahal harganya, hanya keluarga bangsawan di Kota Belmora yang bisa beli ...."
Dia berkata, lalu sepertinya baru menyadari kalau dia mengatakan sesuatu yang tidak pantas, jadi buru-buru menutup mulut.