Bab 1190
Clarine tidak sempat menutup telepon, bahkan ganti pakaian. Bagai burung yang bebas dari sangkar, dia berlari di sepanjang lorong dan bergegas keluar dari Taman Ambawang.
Hanya ada satu lampu yang menyala pada malam sunyi.
Cahaya lembut menyinari pria tegap nan tampan di sana, matanya berkilauan penuh harap.
Malam ini diperkirakan akan hujan lebat, tetapi Steven tidak peduli. Setelah menyelesaikan pekerjaan di Sanmara, dia langsung naik mobil untuk bertemu kekasihnya tanpa istirahat.
Baru sehari berlalu.
Namun, Steven sangat merindukan Clarine.
"Steven!"
Clarine mendorong gerbang berat dan berlari ke arahnya dengan mata berkaca-kaca.
Mata Steven yang indah terbelalak, lalu dia memicingkan mata. Senyum bahagia merekah pada bibir tipisnya, terlihat menawan.
Steven meregangkan kedua tangan untuk menyambut Clarine, tetapi wanita itu sudah memeluknya erat. Steven membalas pelukan Clarine dengan erat, mendekap tubuhnya yang mungil.
"Aku buru-buru ke sini, soalnya takut kamu sudah tidur, teru

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda