Bab 172
Dia meraih gagang pintu, ternyata terkunci.
"Shania ... " Jevan kembali memanggilnya, suaranya seperti tergores pecahan kaca. "Banyak hal yang dulu kupikir bisa kuatasi. Kupikir aku bisa terus berjalan lalu kembali mencari apa yang pernah ada, tapi di depan sana nggak ada jalan yang tersisa untukku ... "
"Buka pintunya!"
Shania menendang pintu dengan marah.
Apa yang dikatakan Jevan tadi tidak dia dengarkan sama sekali.
Di belakangnya, setelah Jevan selesai bicara, dia melangkah maju, berdiri di samping Shania.
Kali ini dia tidak lagi mengucapkan omong kosong yang hanya menyentuh dirinya sendiri, tetapi langsung pada tujuan. "Tulislah surat perjanjian perdamaian untuk Qiara. Mulai sekarang, dia nggak akan ganggu kamu lagi, aku pun nggak akan muncul di hadapanmu."
Shania langsung berhenti.
Dia menoleh, menatap Jevan, nyaris tidak percaya apa yang baru didengarnya. "Apa kamu bilang?"
"Dalam kasus penculikan itu dia cuma pelaku pembantu. Asal kamu menulis surat perjanjian perdamaian, ditam

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda