Bab 39
Suara Javi cukup keras hingga terdengar oleh semua orang di koridor.
Meskipun ucapannya terdengar tenang, kemarahan dan rasa dendam di matanya tetap tertangkap jelas oleh Dreya.
Karena situasinya sudah seperti ini, dokter pun tidak bisa bersikeras lagi.
"Kalau begitu, saya akan periksa setelah sepuluh menit lagi."
Raut wajah sang dokter yang semula ragu, kini tampak begitu teguh."
Sudut bibir Dreya terangkat, dia tersenyum sinis.
Ada satu ungkapan yang memang benar adanya.
Di hadapan kapitalis, segalanya menjadi tidak berarti.
Dreya mundur ke samping, menunduk menatap ponselnya untuk menghitung waktu.
Masih ada delapan menit.
Sebentar lagi.
Di pertengahan jalan, Rafael menerima telepon, dan pandangan Dreya terus mengikuti sosoknya yang menjauh.
Tiba-tiba, dia teringat kejadian akhir-akhir ini.
Dia dan Rafael sepertinya semakin banyak berinteraksi ...
Pada saat bersamaan, dia tidak menyadari bahwa Javi yang sedang duduk di koridor juga terus memperhatikannya.
Otomatis, Javi tahu bahwa D

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda