Bab 202
Jari telunjuk Sandy menyentuh bibir Lily, merusak lipstik yang baru saja dia oleskan.
Wajah mungilnya yang putih nan lembut terasa kenyal dan elastis. Ada sensasi sangat menyenangkan yang Sandy rasakan. Pria itu tidak bisa menahan pikirannya kembali ke malam tadi, saat pipi wanita itu menempel di dadanya.
"Aku nggak akan kasih kamu celah untuk melakukan apa-apa lagi."
Lily tidak bisa berkelit dari tangannya. Ujung jari Sandy yang dingin terasa meluncur, mulai dari pipi, leher, hingga bahu Lily.
Tubuhnya terasa lemas. Dia menggigit bibir perlahan, lalu bertanya, "Apa maksudmu?"
"Tara, jalan."
"Baik, Pak Sandy!"
Tara refleks menginjak pedal gas, membawa mobil melaju ke tengah arus lalu lintas.
Lily coba untuk melawan. "Kamu mau bawa aku ke mana?"
"Pulang," jawab Sandy dengan nada dingin. "Sebelum sebulan masa mediasi selesai, kamu nggak boleh keluar rumah selangkah pun."
"Sandy, kamu memang gila!" teriak Lily, makin meronta. "Ini namanya penyekapan, melanggar hukum!"
Sandy menekan lidahn

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda