Bab 442
Lily berpikir, kalau saja sikap Sandy sedikit lebih baik saat itu, dia pasti akan berbicara kepadanya dengan tenang.
Daripada selalu berhadapan dan saling menyerang setiap kali bertemu.
Suasana menjadi hening. Wajah Sandy yang tegas tertutupi oleh lapisan kesuraman.
"Jadi, aku belum memutuskan bakal pulang atau nggak." Lily berkata dengan raut wajah masam, dia lalu berbalik dan duduk membelakangi Sandy di tempat tidur.
Percakapan yang tidak terduga ini sebenarnya adalah curahan hatinya yang terkumpul selama beberapa hari terakhir.
Lily menunggu kesempatan yang tepat untuk berbicara serius tentang masalah Shita, sekaligus untuk mengatakan bahwa dia belum memutuskan apakah akan kembali.
Sandy mengernyit, lalu setelah itu dia berbalik dan pergi.
Terdengar suara pintu yang dibuka tiba-tiba, membuat hati Lily terasa berat. Saat dia menoleh, pintu bangsal sudah kembali tertutup.
Lewat jendela, Lily bisa melihat Sandy yang mengeluarkan rokok dan pemantik dari sakunya.
Lily mengalihkan pandang

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda