Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Mega Yarina adalah seorang dokter forensik, sedangkan suaminya, John Kirton, adalah raja bisnis yang sangat berkuasa di Kota Jinberon. Dulu, John jatuh cinta pada Mega pada pandangan pertama dan mengejarnya selama dua tahun penuh, dengan segala kelembutan dan kesabaran, akhirnya berhasil menikahi dokter forensik yang tenang, rasional, dan sangat profesional ini. Kisah mereka sempat menjadi buah bibir. Namun, siapa sangka, hanya dalam waktu tiga tahun pernikahan, hati John sudah beralih kepada anak magang yang Mega bimbing, Sandra Jirnan. Adik laki-laki Sandra memerkosa dan membunuh adik perempuan Mega hingga tewas. Sebagai dokter forensik, Mega sendiri yang memeriksa luka-luka adiknya. Memar dan luka sobekan di sekujur tubuhnya nyaris membuat pertahanan mental Mega hancur di tempat. Mega bersumpah akan menuntut keadilan demi adiknya! Namun, bukti-bukti yang Mega kumpulkan lenyap tak berbekas keesokan harinya; berkas gugatan yang diajukan pun hilang satu per satu bagai ditelan bumi. Awalnya, Mega tidak mengerti siapa yang memiliki kekuatan sehebat itu untuk menutupi segalanya. Hingga pada saat ini, John mengirim orang mengemudikan mobil untuk kesembilan kalinya melindas tubuh ibunya di hadapan Mega, hanya untuk memaksa Mega menandatangani surat pengampunan! "Ibu!!!" teriak Mega. Dia ingin berlari ke bawah, tetapi dicegat oleh para pengawal. John berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas kustom yang dipotong sempurna. Posturnya tegap, dan sorot mata yang dingin tertuju pada Mega. "Mega, kamu belajar kedokteran forensik, seharusnya paling tahu ada berapa banyak tulang dalam tubuh manusia. Dengarkan baik-baik, tulang Ibu yang masih utuh sudah nggak banyak tersisa. Kalau ditabrak sekali lagi, pasti nggak akan selamat." John membungkuk sedikit, menyodorkan dokumen dan pulpen pada Mega. "Tandatangani surat pengampunan ini dan hentikan penuntutan terhadap adik Sandra, maka aku akan melepaskannya dan segera mengantarnya ke rumah sakit." "Ja ... jangan ...." Di lantai bawah, Tamara Kusnadi muntah darah, tetapi memaksakan diri untuk bertahan dengan napas terakhirnya dan berteriak ke arah jendela lantai dua. "Mega ... jangan khawatirkan Ibu .... Dapatkan keadilan ... untuk adikmu!" Mega benar-benar frustrasi. Matanya yang merah memelototi John. Suaranya serak dan parau. "John ... apa kamu harus memaksaku sampai mati baru kamu puas?" John mengerutkan alis, seakan-akan tidak senang dengan tuduhannya. Namun, nada bicaranya tetap tenang, "Bukan aku yang memaksamu sampai mati, tapi kamu yang menyiksa Sandra. Orang tuanya sudah lama meninggal, hanya adik ini satu-satunya keluarga yang Sandra miliki. Aku tahu kematian Milana sangat menyakitkan bagimu, tapi orang yang sudah meninggal nggak akan hidup lagi. Kenapa kamu harus terus mengejar sampai tuntas, membuat orang yang masih hidup juga menderita?" Mengapa? John berani bertanya mengapa? Mega menatap pria di depannya. Pikirannya tiba-tiba terbang ke masa lalu. Dulu, betapa John mencintainya .... John ingat semua preferensi detail Mega, diam-diam menungguinya di luar ruang otopsi saat Mega bergadang membedah, bahkan rela meninggalkan rapat penting untuk pulang dan memasak bubur hanya karena Mega bilang "sakit maag" .... John memanjakan Mega hingga menjadi wanita yang paling membuat orang iri di Kota Jinberon. Segala perubahan bermula dari kehadiran Sandra. Sandra adalah anak magang bimbingan Mega. Kemampuannya profesional sangat buruk, tetapi selalu berpenampilan lemah dan mengundang belas kasihan. Pertemuan pertama John dengan Sandra terjadi ketika John menjemput Mega pulang kerja. Hari itu, Mega hendak membedah jenazah korban perempuan yang diperkosa dan dibunuh, mencari bukti kunci untuk menjerat pelakunya. Sandra tiba-tiba berlutut di hadapan Mega sambil menangis dan menghentikannya, "Bu Mega, nggak boleh dibedah! Pemerkosa itu ... meski dia bersalah, dia masih punya orang tua yang sudah lansia dan anak kecil yang harus dinafkahinya. Dia juga sangat kasihan! Korban sudah meninggal, bagaimanapun juga, orang mati nggak bisa dibandingkan dengan orang hidup. Kita nggak bisa menyerahkan buktinya dan menghancurkan sebuah keluarga!" Saat itu, John berdiri di samping seraya mengernyit, tetapi tidak berkata apa-apa. Baru setelah masuk mobil dalam perjalanan pulang, John berkata dengan nada jengkel, "Anak magangmu ini sepertinya nggak waras, ya? Apa perlu aku yang turun tangan menanganinya, agar nggak mengganggu pekerjaanmu?" Saat itu, Mega masih menggandeng lengan John sambil tersenyum dan berkata, "Nggak usah, Pak John sibuk sekali, mana bisa merepotkanmu dengan hal kecil seperti ini? Meski aku nggak tahu bagaimana Sandra bisa diterima, orang seperti itu pasti nggak akan bertahan lama. Biarkan saja." Namun, tak terpikir oleh Mega bahwa lambat laun John mulai berubah. John tak lagi menjemput Mega pulang tepat waktu. Di pergelangan tangannya muncul karet gelang sederhana yang biasa dipakai perempuan. Di sakunya ada permen lemon untuk membuat gadis senang. John bahkan akan bertanya tentang cara merebus air gula merah. Saat John paling mencintai Mega, John yang begitu sibuk bahkan tidak pernah sekali pun merebus air gula merah untuknya. Apa yang lebih membuat Mega kaget lagi adalah Sandra yang nilai evaluasi profesionalnya kacau, ternyata bisa bertahan! Mega bertanya kepada pimpinan. Jawaban yang didapatkan adalah John menyumbang tujuh gedung untuk fakultas, dan secara pribadi meminta agar Sandra dipertahankan! Mega bagai tersambar petir. Dia langsung menemui John untuk meminta kejelasan, tetapi justru melihat pria yang awalnya berkata "hari ini sibuk tanda tangan kontrak" sedang dengan sabar mengajari Sandra menyetir. John memegang tangan Sandra di setir. Pandangan matanya penuh perhatian dan kasih sayang yang belum pernah dilihat Mega sebelumnya. Jarak mereka sangat dekat. Suasana mesra sampai mereka hampir berciuman. Malam itu, Mega menanyai John dengan suara gemetar, "John! Bukankah dulu kamu bilang sangat nggak suka Sandra? Kenapa kamu membantunya lulus evaluasi? Kenapa kamu mengajarinya menyetir? Dan semua keanehanmu sebelumnya, semuanya juga karena Sandra, 'kan?" Mendengar pertanyaannya, John hanya mengerutkan alis dan dengan mengakui dengan jujur, "Benar. Mega, awalnya aku memang merasa dia nggak waras dan sangat menjengkelkan. Tapi kemudian, ada sekali sopirku nggak sengaja menabraknya. Dia nggak mau uang ataupun kompensasi, hanya buru-buru pergi kerja paruh waktu untuk membiayai sekolah adiknya .... Perlahan-lahan, setelah sering berinteraksi, aku baru sadar dia hanya terlalu polos dan baik hati. Jadi, aku mulai tertarik padanya." "Tertarik padanya?" Mega menatap John dengan tak percaya. Jantungnya seolah-olah diremas kuat. "Lalu, aku? Aku ini apa?" John memandangi Mega dengan tatapan tenang tak beriak, tetapi kata-kata yang diucapkannya sangat menyakitkan. "Mega, kurasa dari awal aku sudah keliru. Terhadapmu, aku hanya sekadar kagum, kagum akan kemandirian, ketegaran, dan semangat kariermu. Kamu begitu unggul hingga bisa hidup dengan baik bahkan tanpaku. Tapi Sandra berbeda. Dia nggak bisa melakukan apa pun dengan baik. Dia begitu rapuh, dan sangat membutuhkanku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Setiap kali melihatnya sedih atau nggak baik keadaannya, hatiku sangat perih." John berhenti sejenak, lalu menambahkan seolah-olah memberi belas kasihan, "Tapi nggak perlu khawatir, aku nggak pernah berniat bercerai denganmu. Sandra sangat pengertian, nggak ingin merusak keluarga orang lain. Itu prinsipnya. Jadi, aku sudah bicara baik-baik dengannya. Mulai sekarang, aku akan memberikan semua cintaku padanya, dan meninggalkan status istriku untukmu. Kuharap kamu jangan ikut campur dalam urusan kami. Mulai malam ini, aku nggak akan pulang, tapi menemani Sandra." Setelah berkata demikian, John langsung mengambil jasnya dan meninggalkan rumah tanpa menengok ke belakang. Sejak hari itu, John tidak pernah lagi menginjakkan kaki di kamar mereka. Mega menangis setiap hari, hidup dalam kesedihan yang mendalam. Pukulan yang lebih mematikan datang bertubi-tubi. Pada hari itu, Mega menerima telepon dari kantor polisi dan baru mengetahui bahwa adik perempuannya, Milana Yarina, ternyata diperkosa dan dibunuh oleh adik laki-laki Sandra! Sandra berlutut di hadapan Mega, menangis tersedu-sedu dan memohon agar Mega mengampuni adiknya. Mana mungkin Mega mengampuni adiknya! Mega mengumpulkan bukti dan mengajukan gugatan, tetapi berulang kali ditolak tanpa alasan jelas. Bukti-bukti juga dirampas .... Awalnya, Mega tidak mengerti siapa yang memiliki kekuatan sehebat itu. Hingga saat ini, John menggunakan nyawa ibunya untuk memaparkan fakta sadis ini di hadapan Mega! Di lantai bawah, mobil kembali dinyalakan, Mesin menderu dengan suara berat, mengarah ke tubuh ibu Mega yang tergeletak sekarat di tanah! Ini sudah yang kesepuluh kalinya! Mega tahu, tubuh ibunya sudah mencapai batasnya, dan kali ini benar-benar akan mati! "Jangan! Aku tanda tangan! Aku tanda tangan!" teriak Mega dengan sekuat tenaga pada detik terakhir sebelum mobil hendak melaju. Air matanya mengalir deras. "Aku tanda tangan .... John ... aku tanda tangan ...." Kesedihan yang amat sangat membuat Mega hampir tak bisa berdiri tegak. Memandangi pria di hadapannya yang familier tetapi asing ini, jantung Mega seakan-akan terkoyak, nyaris membuatnya tidak dapat bernapas. Dengan tangan gemetar, Mega mengambil pulpen dan menandatangani surat pengampunan yang menguburkan keadilan untuk adiknya. Setiap goresan terasa seperti menyayat hatinya. Setelah menandatanganinya, Mega terhuyung-huyung turun untuk menyelamatkan ibunya. "Tunggu." John sekali lagi menghentikan Mega dan melempar sebuah palu berat ke arahnya. Dia berkata dengan cuek, "Hancurkan tanganmu."
Bab Sebelumnya
1/27Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.