Bab 6
Mungkin karena peristiwa ini terlalu biadab, bahkan pada hati sedingin John pun muncul sedikit rasa bersalah.
Pada hari Mega keluar dari rumah sakit, John datang secara tak terduga, tetapi diikuti Sandra.
"Mega, nanti malam aku akan membawamu ke lelang untuk membeli beberapa perhiasan sebagai bentuk kompensasiku."
Kompensasi? Hati Mega serasa ditusuk jarum, sakit tak tertahankan.
Mega menyeringai sinis. "John, kalau aku yang membedahmu, lalu memberimu setumpuk perhiasan, apa kamu akan menerima kompensasi seperti ini?"
Mega berhenti sejenak, lalu menatap Sandra yang berdiri di samping John. Nada suaranya penuh sarkasme yang menusuk. "Lagi pula, kamu bawa aku, apa nggak takut pujaan hatimu ini akan cemburu?"
Sandra segera maju dan menggandeng lengan John. "Bu Mega, apa yang kamu katakan? Kenapa aku harus cemburu? Kali ini ... aku memang bersalah karena sudah memaksamu. Jadi, aku yang mengusulkan pada John untuk memberi kompensasi padamu. Tolong jangan marah lagi. Ikutlah dengan kami, ya?"
Melihat raut wajah munafiknya, jantung Mega begitu sakit hingga hampir tidak bisa bernapas.
Pada akhirnya, dengan setengah dipaksa, Mega dibawa John menghadiri lelang.
Di tempat lelang, perhiasan-perhiasan berkilauan disajikan satu per satu.
Pandangan John tak pernah lepas dari Sandra. Setiap kali wanita itu melirik sekilas pada suatu barang, John langsung mengangkat papan lelang. Semua berlian, giok, dan permata yang tak ternilai harganya terkumpul, lalu dipakaikan dengan lembut pada Sandra, seakan-akan ingin menumpuk segala keindahan dunia di hadapannya.
Baru setelah semua perhiasan habis dilelang, John baru ingat ada Mega di sampingnya.
John menoleh. Nada suaranya menyiratkan kecuekan yang nyaris tak terdeteksi. "Lupa lelang untukmu. Nggak masalah, nanti aku suruh asistenku pesankan yang lebih bagus dari luar negeri."
Tepat ketika Mega ingin mencibir dan menolaknya, seorang petugas kebetulan datang meminta John pergi ke belakang untuk menyelesaikan prosedur pembayaran.
Begitu John pergi, Mega tidak ingin tinggal sedetik pun lebih lama. Dia bangkit dan bersiap untuk pergi.
Namun, Sandra menghentikannya. Dia dengan bangga memamerkan perhiasan yang berkilauan. "Bu Mega, lihat betapa baiknya John padaku. Semua ini sebenarnya bisa saja jadi milikmu, sayang sekali ...."
Wajah Mega tanpa ekspresi, dan hatinya tenang tak beriak. Dia hanya ingin segera meninggalkan tempat yang menjijikkan ini.
Namun, tepat saat Mega berbalik untuk pergi, permukaan lantai di bawah kakinya tiba-tiba berguncang hebat tanpa tanda-tanda!
Lampu gantung bergoyang liar, dinding berderit seakan-akan tak mampu menahan beban!
Itu gempa bumi!
Kerumunan orang langsung panik, berteriak dan berlarian menyelamatkan diri!
Mega bereaksi sangat cepat. Oleh karena posisinya yang memang dekat pintu, dia secara naluriah langsung berlari keluar!
Namun, tepat saat Mega hampir berhasil meloloskan diri dari area berbahaya, sebuah tangan yang dingin tiba-tiba menariknya dengan kasar dari belakang!
"Bu Mega! Kamu ini dokter forensik! Menyelamatkan nyawa adalah tanggung jawabmu! Di saat darurat seperti ini, mana bisa kamu hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa memedulikan kelompok orang yang lemah? Kamu harusnya mengutamakan mereka untuk pergi lebih dulu!"
Mega tersandung akibat tarikan Sandra hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di lantai.
Detik berikutnya, kerumunan orang yang panik dan tak terkendali bagai gelombang air bah menginjak-injak tubuh Mega!
Sakit yang tajam terasa dari siku, punggung, hingga kakinya!
"Sandra!" Terdengar seruan John yang cemas.
Entah kapan John sudah berhasil keluar dari belakang panggung. Di tengah kerumunan yang porak-poranda, John dengan tepat menemukan Sandra yang hampir tersandung. John memeluknya erat-erat dalam dekapan. Dengan tubuhnya sendiri, John melindungi Sandra dari desakan kerumunan dan reruntuhan yang berjatuhan, lalu dengan cepat bergerak menuju pintu darurat.
Namun ... John sama sekali tidak menengok ke arah Mega yang tergeletak di lantai.
Mega terinjak-injak hingga hampir kehabisan napas. Dia berusaha bangun, tetapi terjatuh lagi setelah ditabrak lebih banyak orang yang sedang panik menyelamatkan diri.
Tepat saat itu, suara patahan terdengar di atas kepala!
Sepotong besar plafon jatuh dan menimpa kaki Mega dengan keras!
"Aaah!"
Rasa sakit yang hebat membuat mata Mega berkunang-kunang. Dia pun kehilangan kesadaran sepenuhnya.
Dalam kondisi setengah sadar, Mega mendengar suara tim penyelamat di sekitarnya.
"Pak John! Kami menemukan Nyonya Mega! Dia tertimpa reruntuhan plafon!"
Segera setelah itu, terdengar suara familier John yang tenang tetapi dingin, juga disertai kecemasan. "Segera selamatkan dia! Kalian harus jamin keselamatannya!"
Namun, tepat ketika tim penyelamat bersiap mengangkat reruntuhan plafon, suara Sandra sekali lagi menyela. "Ya ampun! Cepat ke sini! Ada kucing di sini! Terjepit reruntuhan, kasihan sekali!"
Anggota tim penyelamat jelas frustrasi. "Nona Sandra, kita harus menyelamatkan manusia lebih dulu! Nyawa manusia yang utama!"
Mega mengerahkan seluruh sisa tenaganya, tetapi hanya bisa bersuara lemah, "Tolong ... selamatkan aku lebih dulu .... Aku sudah nggak kuat lagi ...."
Kedua kakinya terimpit hingga mati rasa. Dia hanya bisa merasakan kedinginan yang menusuk dan kebas.
Anggota penyelamat menegur Sandra dengan gusar, "Nona Sandra, tolong jangan ganggu proses evakuasi! Kaki Nyonya Mega sudah terlalu lama tertindih benda berat. Kalau nggak segera diselamatkan, kakinya bisa-bisa harus diamputasi!"
"Memangnya kenapa kalau diamputasi?" Sandra tiba-tiba meledak marah. Ada sedikit isakan dalam suaranya. "Tega sekali kalian! Kucing ini juga makhluk hidup! Begitu kecil dan nggak berdaya! John!"
Sandra berpaling ke John dan mulai merajuk, "Suruh mereka selamatkan kucing lebih dulu! Kalau kucingnya nggak tertolong hari ini, aku akan merasa bersalah sampai nggak bisa makan! Kalau aku sedih, jantungku langsung sakit ...."