Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Di tahun ketiga pernikahan, Yosfian menemukan tabel poin yang dibuat Hestiana. Saat kertas itu dia tarik dari laci ruang kerja, jantung Hestiana seakan berhenti berdetak. Di atasnya tertulis .... [Di hari ulang tahunku, dia terbang ke Ostalia untuk bertemu cinta pertamanya, dikurangi lima poin.] [Dia meninggalkanku di jalan tol demi menjemput cinta pertamanya di bandara, dikurangi sepuluh poin.] [Dia kehilangan cincin pernikahan karena membuatkan sup untuk cinta pertamanya, dikurangi sepuluh poin.] Baris demi baris tercatat rapi dan di bagian paling bawah ada sebuah catatan kecil. [Kalau sudah dikurangi seratus poin, aku akan cerai.] Tapi tatapan Yosfian sama sekali tidak berhenti di catatan itu. Dia bahkan tidak melirik sedikit pun, hanya dengan acuh menyerahkan kertas itu padanya. "Aku simpan banyak barang penting di ruang kerja ini, jangan taruh barangmu di sini lagi." Di rak buku tersusun rapi buku-buku yang diberikan Marselia Senata semasa sekolah. Di lemari kaca tersimpan surat-surat yang ditulis Marselia untuknya. Bahkan bingkai foto di mejanya adalah foto mereka saat lulus SMA. Itulah yang dia sebut sebagai barang penting. Yosfian menyimpannya dengan hati-hati, melihatnya berkali-kali setiap hari. Sedangkan barang milik Hestiana, dia bahkan tidak mau lirik. Jadi Yosfian sama sekali tidak tahu kalau Hestiana akan segera meninggalkannya. Hestiana menggenggam erat tabel poin itu dan mengangguk. Saat hendak pergi, ponsel Yosfian tiba-tiba berdering, telepon dari salah satu teman dekatnya. "Yosfian, ada masalah! Vila Teluk Jernih sepertinya kebakaran! Bukankah Marselia tinggal di sana?" Begitu mendengar kabar itu, wajah Yosfian langsung berubah. Dia meraih kunci mobil dan bergegas keluar. Hestiana menatap punggungnya beberapa detik, lalu menghentikan sebuah taksi dan mengikutinya. Di sepanjang jalan, Yosfian menerobos belasan lampu merah dengan kecepatan tinggi. Sopir taksi hampir kehilangan jejak. Begitu tiba di lokasi kebakaran dan melihat kobaran api yang menjulang tinggi, Hestiana pun tertegun. Saat mendengar Marselia belum diselamatkan, Yosfian nekat ingin masuk ke dalam. Petugas pemadam kebakaran dan beberapa sahabat bergegas menahannya. "Tuan, api di vila terlalu besar! Kalau nekat masuk seperti ini bisa membahayakan nyawa!" "Yosfian, tenanglah! Menjadi pilot adalah impian seumur hidupmu! Kalau kamu masuk dan cedera, kariermu bisa hancur!" Yosfian tidak mau mendengar apa pun, hanya meninggalkan satu kalimat, lalu mendorong mereka dan menerobos ke dalam api. "Kalau karierku hancur ya biarkan saja. Selama Marselia selamat, nggak masalah juga kalau nggak jadi kapten pilot." Saat melihat sosoknya yang ditelan asap pekat, teman-temannya langsung terpaku di tempat, lalu saling menyalahkan. "Aku sudah bilang jangan kasih tahu Yosfian! Kalian nggak mau dengar! Setiap kali Marselia ada masalah, dia pasti kehilangan kendali!" "Kalau kita nggak kasih tahu, lalu terjadi sesuatu pada Marselia, dia akan menghancurkan kota! Ingat nggak waktu Marselia dilecehkan guru, dia langsung masuk kantor guru dan memukul orang itu! Atau waktu Marselia hilang sepuluh jam, dia panik dan menyuruh pengawal mencarinya di seluruh kota ...." Mendengar semua itu, Hestiana baru tahu kalau pria yang selalu terlihat tenang dan dingin di hadapannya, ternyata bisa kehilangan akal saat mencintai seseorang. Dalam sekejap, hatinya merasa campur aduk dan perih. Beberapa orang yang ribut itu mendadak melihat Hestiana, lalu merasa canggung. "Kakak Ipar, kamu ... kamu datang bersama Yosfian? Dia pergi menyelamatkan teman sekolah. Kamu jangan salah paham." "Benar, benar. Dia dan Marselia sudah kenal dari kecil, berteman selama belasan tahun. Hubungan mereka sangat akrab seperti kakak adik, makanya dia begitu khawatir." Hestiana tahu mereka sedang berusaha menutupi sesuatu. Dia menarik sudut bibirnya. Saat merasakan rasa asin darah, barulah dia menemukan entah sejak kapan bibirnya sudah digigit sampai terluka. Setengah jam kemudian, Yosfian akhirnya keluar sambil menggendong Marselia yang pingsan dan sekelompok orang segera mendekat. Wajah Yosfian penuh abu, kemeja putihnya hangus di beberapa bagian, tapi Marselia dia lindungi dengan sempurna, tanpa luka sedikit pun. Saat petugas medis mengambil Marselia darinya, Yosfian akhirnya tak kuat dan pingsan. Ambulans melaju kencang ke rumah sakit, Hestiana duduk di bangku panjang. Dia menatap tangannya yang gemetar dan tiba-tiba teringat saat pertama kali bertemu Yosfian. Kala itu, dia masih mahasiswa tahun kedua. Ayahnya seorang profesor di akademi penerbangan dan Yosfian adalah murid kebanggaannya. Yosfian dengan seragam rapi dan aura penuh percaya diri menjelaskan prinsip penerbangan di podium, bahkan cahaya matahari pun seolah condong ke arahnya. Hestiana jatuh cinta pada pandangan pertama dan mengikuti ke mana pun pria itu pergi. Banyak gadis yang mengejar Yosfian, tapi dia tolak semuanya. Sampai suatu hari sebelum kelulusan, ayah Hestiana sakit parah dan sebelum meninggal, dia meminta Yosfian menjaga putri satu-satunya dengan baik. Yosfian menyanggupi. Setelah pemakaman, dia langsung melamar Hestiana. Hestiana bertanya padanya, "Kamu bersedia menikahiku karena ayahku? Sebenarnya, kamu nggak perlu begitu ...." Yosfian menatapnya dan berkata, "Bukan. Aku ingin menikahimu." Hestiana mengira dia telah berhasil mendapatkan hatinya. Sampai suatu hari, Yosfian mabuk. Saat Hestiana menjemputnya, tanpa sengaja dia mendengar obrolan teman-temannya yang habis minum. "Kakak Ipar benar-benar bodoh. Dia ditipu Yosfian sekian tahun dan berpikir Yosfian mencintainya, jadi memperlakukan Yosfian dengan sangat baik. Tapi Yosfian patah hati karena cinta pertamanya menikah dengan orang lain. Makanya cari pelarian dengan menikahinya." Saat itu, Hestiana seperti jatuh ke dalam jurang es. Ternyata selama ini Yosfian menolak semua wanita bukan karena dingin, tapi karena hatinya sudah diisi oleh cinta pertama yang sudah lama putus. Yosfian seperti penjaga makam yang keras kepala, menjaga cinta yang sudah mati. Kesombongan membuatnya tidak mau merendahkan diri untuk memperbaiki keadaan. Harga diri membuatnya tidak bisa mengucapkan kata rindu. Jadi Yosfian hanya bisa berdiri di tempat, menunggunya kembali. Tapi yang dia tunggu justru kabar pernikahan wanita itu. Nama Marselia yang terpatri di hati Yosfian bersama semua pengendalian diri dan penantian bertahun-tahun, berubah menjadi duri di dada Hestiana. Tapi dia terlalu mencintai Yosfian, jadi tidak tega melepaskan. Oleh karena itu, dia diam-diam membuat sebuah tabel poin. Jika sudah terpotong seratus poin, dia akan meninggalkannya. Selama bertahun-tahun ini, poin itu terus berkurang sedikit demi sedikit. Kadang saat hari ulang tahunnya, Yosfian malah terbang pergi menemui Marselia karena satu unggahan di media sosial. Kadang di hari jadi pernikahan mereka, dia malah menemani Marselia mengobrol semalaman. Sejak Marselia bercerai dan pulang dari luar negeri .... Poin itu terpotong semakin sering. Hati Hestiana pun perlahan membeku. Setelah operasi selesai, dokter keluar dan menjelaskan kondisi Yosfian. "Pasien terluka cukup parah saat menyelamatkan orang. Lengan, bahu, dan punggungnya mengalami luka bakar, pasti akan meninggalkan bekas. Tapi wanita yang datang bersamanya nggak mengalami apa-apa, hanya pingsan karena ketakutan. Kalian nggak perlu khawatir." Para sahabat saling pandang, menggaruk kepala, lalu buru-buru mencairkan suasana. "Yang penting orangnya selamat. Kakak Ipar, jangan khawatir. Nggak bisa jadi kapten pilot juga nggak apa-apa. Keluarga Yosfian adalah keluarga kaya di Kota Utara dan sudah lama menunggunya pulang buat mewarisi bisnis keluarga. Mari kita masuk lihat Yosfian." Hestiana menunduk, menutupi kepedihan di matanya. "Aku masih ada urusan yang harus diselesaikan. Kalian masuk temani dia dulu." Setelah berkata begitu, dia berbalik dan pulang ke rumah, mengambil tabel poin itu. Setelah dikurangi lima poin lagi, dia menatap sisa poinnya dan menarik bibirnya. Setelah memotong dua puluh poin terakhir, hubungannya dan Yosfian akan benar-benar selesai.
Bab Sebelumnya
1/23Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.