Bab 19
Tatapan Yoga tampak agak bergetar.
Asisten itu melanjutkan, "Api yang terbakar dengan sangat hebat, sangat nyata. Dulu saat Anda ada, api itu mengelilingi Anda, mungkin terasa panas, terasa ribut. Tapi sekarang ... api itu tiba-tiba pergi, semuanya menjadi dingin, gelap, hening hingga membuat takut."
Sebuah suara ringan "bang" terdengar, jari Yoga tanpa sadar menepuk kaca mobil.
Yoga tiba-tiba menoleh, menatap kota yang dingin dan megah, tetapi tanpa kehangatan. Kata-kata asistennya seperti palu berat yang menghantam hatinya.
Segala penipuan diri sendiri selama ini, pada saat itu runtuh seketika.
Dia harus mengakui, wanita yang dulu dia anggap sebagai "tanggung jawab", "merepotkan", telah dengan liar membakar sebuah dunia yang panas, terang, dan tidak tergantikan di dalam hidupnya yang teratur dan kaku.
Dunia itu berisi tawa Wilma, kekonyolannya, air matanya, napasnya yang hidup ... Tanpa gadis itu, dunia Yoga benar-benar menjadi puing dingin yang gersang.
Dia tidak bisa tanpa Wilma.
K

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda