Bab 98
Di mata Serena, Felix hanya teman sekelas biasa yang sesekali bisa membantunya menjawab soal, tetapi dia tetaplah pemuda yang suka bermimpi di siang bolong.
Lagi pula, tidak pernah ada pengakuan yang jelas antara keduanya dan hubungan mereka pun semakin tidak jelas.
Perasaan ini membuat Felix merasa seolah disiram air dingin, menikamnya hingga ke ulu hati.
Seolah menyadari rasa frustrasi Felix, Serena melanjutkan.
"Felix, kamu memang orang baik. Aku nggak pantas untukmu. Kamu pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik ... maafkan aku."
Namun pada akhirnya, Felix hanya tersenyum tipis.
Setelah melalui banyak hal, Felix telah menjadi sekuat baja.
Dia menenangkan diri dan berkata dengan lembut.
"Karena kamu sudah memutuskan, oke. Aku sudah selesai belajar untuk ujian akhirku, sampai jumpa."
Serena memanggil Felix lagi.
"Tunggu, bawalah sup ayam ini!"
Felix keluar dari pintu klinik dan duduk di pintu masuk koridor. Meskipun berpikiran terbuka, dia butuh waktu untuk mencerna emosi-emosi i

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda