Bab 6
Pencahayaan di ruang tamu sangat redup, hanya layar televisi yang memancarkan cahaya samar, menerpa sisi wajah Tania.
Dia tidak menatapku, pandangannya tetap terpaku pada layar ponsel. Jari-jarinya yang putih bergerak cepat di atasnya, seolah-olah sedang mengedit sesuatu.
Aku mencondongkan kepala ke atas ponselnya, napasku tanpa sadar tertahan.
Namun, yang tampil di layar sama sekali bukan antarmuka pemutar video, melainkan satu baris kecil tulisan putih yang mencolok. Di atas latar belakang memo yang gelap gulita itu, tampak sangat menyilaukan.
"Ada kamera di kamar, dipasang oleh si tua itu, hati-hati."
Satu baris singkat itu bagaikan palu berat yang menghantam dadaku.
Dalam sekejap, hawa dingin yang menusuk tulang langsung menjalar ke ubun-ubun.
Kamera?
Dipasang oleh ayah mertuaku?!
Semua detail yang sebelumnya tidak kupahami kini terhubung satu per satu.
Kenapa ayah mertua bisa begitu "baik hati", menyuruh istri barunya yang muda dan cantik datang untuk "membimbing" istriku yang gem

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda