Bab 1
Jenny berpikir, "Sikap mereka kok tiba-tiba berubah?"
"Ketujuh kakak yang dulunya membenciku dan selalu melindungi Syane tiba-tiba mengatakan akan melindungiku seumur hidup. Selain itu, mereka mengakui bahwa aku adalah putri kandung Keluarga Linarto."
"Orang tuaku juga menjadi lebih perhatian. Bahkan, mereka mengubah isi wasiat, seluruh harta warisan Keluarga Linarto diserahkan padaku."
Jenny tertegun.
Kemudian, Jenny berpikir lagi, "Sayangnya, setelah terlahir kembali, aku sudah nggak mengharapkan kasih sayang dari keluargaku lagi."
...
"Jenny, kamu yang mencuri kalung 'Air Mata Malaikat', ya?"
Suara keras seorang pemuda membangunkan Jenny yang tengah terlelap.
Kakak ketujuhnya, Yovan Linarto menendang pintu kamar Jenny. Yovan berkacak pinggang sambil menatap Jenny dengan sorot mata penuh kemarahan.
Suara dan adegan yang familier itu menyadarkan Jenny bahwa dia tidak lagi berada di rumah sakit jiwa yang terasa seperti neraka.
Namun, sekarang dia berada di dalam gudang yang dia tinggali selama lima tahun.
Dia benar-benar ... terlahir kembali!
Jenny teringat kembali dengan kenangan menyakitkan di masa lalu. Sorot matanya perlahan menjadi dingin.
Jenny sebenarnya adalah putri kandung Keluarga Linarto. Sejak masih bayi, dia ditukar oleh musuh keluarganya.
Tidak lama kemudian, kebenaran terungkap. Pada akhirnya, Jenny kembali tinggal di keluarga kandungnya.
Meskipun Keluarga Linarto menerimanya kembali, mereka masih tidak mengakui Jenny sebagai putri kandung Keluarga Linarto.
Sebaliknya, Keluarga Linarto mengizinkan Jenny tinggal sementara sebagai pelayan.
Sejak kecil, Jenny hidup sebatang kara. Setelah menemukan keluarga kandungnya, dia menghargai hubungan keluarga yang sulit didapatkan ini. Tidak hanya itu, Jenny juga mengharapkan kasih sayang dari keluarganya.
Oleh karena itu, Jenny awalnya tidak peduli dengan perlakuan buruk dari keluarganya. Dia juga berusaha mendekati setiap anggota keluarganya.
Sayangnya, makin Jenny berusaha, saudara-saudaranya makin merendahkannya karena berasal dari desa. Mereka selalu membandingkannya dengan Syane, mengejeknya sebagai orang kampung, menganggapnya jelek, bahkan mereka menganggap dia tidak layak menjadi pelayan Syane.
Di sekolah, mereka membiarkan preman menindasnya. Di rumah, mereka tidak membiarkan dia makan di ruang makan.
Ketika dia berusaha mendekati, mereka menganggap dia punya rencana licik. Ketika dia menolak, mereka menganggap dia tak tahu diri.
Syane bagai putri terhormat dan dipuja semua orang, sedangkan Jenny dianggap sebagai orang hina yang tidak layak muncul di depan publik.
Yang lebih konyol, Syane sengaja pura-pura pingsan untuk menjebak Jenny, dan mereka percaya.
Mereka sangat perhatian kepada Syane dengan melayani dan memanjakannya. Sebaliknya, mereka menyuruh Jenny berlutut di luar rumah saat cuaca sedang dingin tanpa belas kasihan sedikit pun.
Jenny merasa kedinginan sampai wajahnya memucat. Pada akhirnya, Jenny pingsan karena kedinginan.
Di sisi lain, mereka semua duduk di dalam ruangan yang hangat sambil tertawa dan bercanda. Keluarga itu tampak sangat harmonis.
Namun, mereka melupakan Jenny yang mereka hukum di luar rumah.
Setelah berkali-kali diabaikan, hati Jenny hancur berkeping-keping.
Jenny mempertanyakan mereka dengan emosi yang tidak terkendali dan memberi tahu mereka bahwa Syane yang menjebaknya. Namun, kakak sulungnya menganggap Jenny gila, sehingga dia memasukkan Jenny ke rumah sakit jiwa.
Orang tuanya juga menatapnya dengan sorot mata kecewa dan tidak memercayainya.
"Kenapa kami punya putri sepertimu? Seharusnya, kami nggak membawamu pulang ke rumah."
Kemudian, mereka menoleh ke arah Syane sambil berkata, "Untung masih ada Syane. Dia baru layak jadi putri kandung kami."
Mereka balik badan tanpa melihat ke arah Jenny sama sekali.
Saat mereka pergi, Syane menatap Jenny dengan senyuman penuh kemenangan.
"Jenny, akulah putri kebanggaan Keluarga Linarto. Kamu hanyalah orang lemah, yang akan selalu kutindas selamanya."
Jenny disiksa habis-habisan di rumah sakit itu. Sampai akhirnya dia disetrum hingga mati oleh seorang dokter gila ...
Mungkin Tuhan pun tidak tega melihat hidup Jenny yang tragis, sehingga Jenny diberi kesempatan terlahir kembali.
Namun, kali ini Jenny tidak lagi mengharapkan kasih sayang keluarganya.
Jenny tidak mau memiliki keluarga kejam seperti mereka.
"Jenny, kamu tuli, ya! Kamu yang mencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milik Syane, 'kan? Kamu sembunyikan di mana?"
Jenny mendongak. Dia melihat sudah banyak orang berkerumun di luar.
Menghadapi keluarga yang tampak kecewa dan curiga, sikap Jenny terlihat dingin.
"Ada banyak orang tinggal di rumah ini, kenapa aku yang dicurigai? Kamu menuduhku tanpa bukti, aku bisa menuntutmu atas dugaan pencemaran nama baik!"
Orang-orang di luar pintu terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Jenny yang biasanya patuh, sekarang berani melawan.
"Kak Jenny ... "
Syane langsung menunjukkan ekspresi sedih. "Kalung 'Air Mata Malaikat' sangat berarti bagiku. Itu adalah hadiah ulang tahun yang dibuat dari kristal langka, Ayah dan Ibu menemukannya setelah dua bulan mencari di Benua Drava, hanya ada satu di seluruh dunia."
"Kak Jenny, kembalikan kalung itu padaku!"
Suaranya pelan seperti dengungan nyamuk, seolah-olah tangisannya akan pecah tidak lama lagi.
Kata-kata Syane makin membuat suasana makin panas. Semua orang makin percaya bahwa Jenny adalah pencurinya.
Dengan senyuman mengejek, Jenny menatap dengan tenang dan cuek pada keluarganya yang ada di luar.
"Aku mengerti. Kamu sudah lima kali mengatakan bahwa Ayah dan Ibu sangat menyayangimu. Hanya kamu yang mendapat barang-barang mewah dan hanya kamu putri kesayangan mereka, nggak perlu kamu ingatkan aku lagi."
"Seperti kubilang, kalau nggak ada bukti aku mencuri kalungmu, artinya kalian memfitnahku."
"Jenny!"
Ayahnya, Anton, tiba-tiba marah. "Kamu sudah mencuri kalung, tapi nggak mau mengaku, lalu berbicara seperti itu pada adikmu. Kamu benar-benar nggak punya sopan santun!"
Anton tampak kecewa. Keluarga Linarto dikenal memiliki anak-anak yang hebat. Semua putra mereka sukses di bidangnya masing-masing, Syane juga mereka didik menjadi gadis yang anggun, santun dan penuh wibawa, kecuali Jenny yang mengecewakan!
Jenny tumbuh besar di desa, sehingga dia dianggap sebagai anak yang watak dan perilakunya buruk.
"Orang tuaku hidup, tapi nggak mendidikku. Lalu, aku harus belajar dari siapa?"
Jenny berkata dengan ekspresi cuek, "Kalau kalungnya hilang, kenapa kalian nggak menginterogasi yang lain? Siapa tahu orang terdekat Syane yang mencuri kalungnya?"
Sambil berbicara, Jenny menatap ke arah pelayan yang berdiri di samping dengan tatapan tajam.
Di kehidupan sebelumnya, Jenny merasa panik karena tahu betapa berharganya kalung itu. Namun, kepanikan Jenny justru membuat orang berpikir bahwa dia merasa bersalah dan makin mencurigai bahwa dia adalah pencurinya.
Kemudian, Jenny baru tahu bahwa Syane-lah yang menjebaknya dengan menyuruh pelayan menyembunyikan kalung itu.
Sebagai hukuman, Jenny dikurung di dalam sebuah ruangan sempit dan gelap. Selain itu, Jenny tidak diberi makanan seharian.
Namun, keluarganya lupa bahwa hari ini Jenny juga berulang tahun.
Ironisnya, keluarganya hanya mengadakan pesta ulang tahun ke-18 untuk Syane.
Sementara Jenny, dia dilarang keluar dari gudang karena takut membuat malu Keluarga Linarto.
Tuhan sekarang memberikan kesempatan kedua, jadi Jenny tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Aku nggak mungkin mencuri barangnya Nona Syane. Semua orang tahu bahwa hubunganku dekat dengan Nona Syane. Sebaliknya kamu, kamu pasti iri melihat Bapak dan Ibu menghadiahkan kalung mahal kepada Nona Syane, jadi kamu mencuri kalungnya. Sekarang, kamu malah memfitnahku!"
Pelayan itu tidak merasa bersalah, justru berpura-pura menjadi korban.
"Jenny, keluarkan kalungnya, nanti Ayah dan Ibu belikan kalung lain untukmu, ya?" Meskipun ibunya, Mira, mengatakan dengan suara lembut, sebenarnya dia juga mencurigai Jenny.
"Percuma banyak omong sama dia, langsung geledah dia saja!" ucap Yovan yang sudah tidak sabar sambil ancang-ancang masuk ke dalam ruangan.
"Nggak ada yang boleh menyentuh barang-barangku!" Jenny tiba-tiba menjadi tegas.
Yovan berhenti melangkah dan tampak tertegun.
Selama ini, Jenny selalu patuh, kenapa tiba-tiba dia berubah jadi gila hari ini?
Jenny memandang wajah-wajah anggota keluarganya dengan ekspresi dingin, kemudian berkata dengan tegas, "Karena kalian semua menuduh aku yang mencurinya, aku akan tunjukkan pencuri yang sebenarnya!"
Jenny langsung menghampiri pelayan, kemudian merogoh ke dalam kerah baju pelayan itu.
"Ah! Apa yang kamu lakukan?"
Pelayan itu menjerit sambil menutupi dadanya.
Namun, Jenny berhasil mengeluarkan sebuah kalung yang berkilauan dari dalam baju pelayan. Benar, kalung itu adalah kalung "Air Mata Malaikat"!
Jenny mengangkat kalung itu, kemudian melemparkannya ke tubuh Syane dengan kuat.
"Nih, kalung 'Air Mata Malaikat' milikmu!"
"Kamu mau fitnah aku apa lagi?"
Semua orang di ruang tamu terdiam!