Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Reset KehidupanReset Kehidupan
Oleh: Webfic

Bab 4

Jalan vila sunyi, hanya sedikit lampu yang menyala. Jenny mengeluarkan jarum perak dari tas. Kemudian, dia menusuk di empat titik akupunktur tubuhnya, yaitu titik di bawah tulang leher, titik di siku, titik di antara ibu jari dan telunjuk, dan titik di ujung jari tangan. Sejak tinggal di rumah Keluarga Linarto, suhu tubuh Jenny panas. Selain dirinya sendiri, tidak ada satu pun di rumah Keluarga Linarto yang mengetahuinya. Jenny adalah murid Guru Leon. Guru Leon terkenal sebagai Dewa Pengobatan di dunia medis. Saat Jenny berusia tiga tahun dan sedang bermain lumpur bersama anak-anak desa, dia secara tidak sengaja bertemu dengan Guru Leon yang tengah membawa sekelompok muridnya ke pegunungan untuk mengumpulkan tanaman obat. Karena penasaran, Jenny mengikuti rombongan itu dan diam-diam mendengarkan penjelasan dari Guru Leon. Sejak saat itu, dia mulai mengenal berbagai jenis bahan ramuan herbal. Saat waktu makan tiba, anak-anak lain sudah pulang ke rumah untuk makan. Hanya Jenny yang mengisap jari kotornya sambil meneteskan air liur, menatapi sekelompok murid yang sedang makan mi instan itu. Kemudian, dia melihat mereka memetik banyak bahan ramuan herbal, beberapa di antaranya kabarnya adalah jenis langka yang sangat sulit ditemukan. Dia pun berbalik dan masuk ke dalam hutan, memetik segenggam bahan ramuan herbal, lalu menghampiri seorang Kakek berambut putih yang memimpin rombongan itu dan berkata, "Kakek, aku kasih daun Avoka, tanaman Pantena, dan tanaman Bunga Es ... Boleh aku minta sesuap mi? Satu suap saja ... Aku lapar sekali ... " Mungkin karena Jenny bisa menyebutkan beberapa nama bahan ramuan herbal, Guru Leon terlihat terkejut. Guru Leon tidak hanya memberinya mi instan dalam porsi besar, Guru Leon juga memberinya beberapa kotak mi instan untuk dibawa pulang. Namun, di rumah Jenny hanya ada seorang ibu yang gila dan seorang nenek yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Semenjak itu, Guru Leon sering datang mengunjunginya. Guru Leon juga membantu mengobati neneknya. Sejak saat itu, Jenny mulai memutuskan belajar ilmu medis dari Guru Leon. Sayangnya, beberapa tahun lalu Guru Leon meninggal dunia dan mewariskan sekotak jarum perak kepada Jenny. Selama satu tahun setelah kembali ke Keluarga Linarto, Jenny menggunakan jarum perak ini untuk menyembuhkan radang bahu ayahnya, migrain ibunya, penyakit leher kakak pertamanya, nyeri saraf kakak keduanya, insomnia kakak keempatnya, dan radang tendon kakak kelima, kakak keenam, dan kakak ketujuhnya ... Jenny juga menyembuhkan penyakit perut Syane. Mengenai kakak ketiganya, dia juga adalah dokter, bahkan dia adalah seorang ahli bedah yang sangat hebat. Kakak ketiganya tidak suka Jenny mengobati penyakit dengan jarum perak. Yang paling Jenny ingat, kakak ketiganya pernah memperingatkannya, "Guru Leon memiliki murid di seluruh penjuru negeri. Sekarang beliau telah meninggal dengan tenang, jadi jangan seenaknya melakukan akupunktur dan asal menyebut bahwa kamu adalah muridnya. Kalau sampai terjadi sesuatu, kamu akan mencemarkan nama baik Guru Leon!" Namun, Jenny terbukti berhasil menyembuhkan penyakit orang tua dan beberapa saudara laki-lakinya yang sudah diidap bertahun-tahun. Meskipun mereka sudah merasakan khasiatnya, mereka masih meremehkan kemampuan jarum perak Jenny, bahkan mengabaikannya. Di kehidupan sebelumnya, Jenny juga mengalami demam tinggi. Jika Jenny tidak menemukan kembali kalung "Air Mata Malaikat" milik Syane, kemungkinan Jenny sudah mati di dalam gudang tanpa ada orang yang tahu. Untungnya, Jenny sudah tidak mengharapkan perhatian keluarganya lagi. ... Jenny pergi ke pusat kota, membeli obat, dan beristirahat semalam di hotel. Keesokan paginya, dia bersiap untuk pergi ke asrama sekolah. Meskipun sekolahnya saat ini adalah sekolah terkemuka di Kota Udaya, di mana semua siswanya berasal dari kalangan orang kaya. Demi kenyamanan siswa, sekolah menyediakan fasilitas asrama. Namun, tidak ada yang siswa yang benar-benar mau tinggal di asrama. Boleh dibilang, Jenny adalah pelopornya. Namun, begitu melangkah masuk ke gerbang sekolah, dia merasakan tatapan aneh dan bisikan di sekelilingnya. "Bukankah itu Jenny? Katanya, dia bakal dikeluarkan sekolah karena mencuri." "Kenapa dia masih datang dengan bawa koper? Jangan-jangan isi kopernya adalah semua barang curiannya?" "Aku nggak menyangka, padahal dia pendiam ... " Jenny bisa langsung menebak bahwa ini adalah ulah Syane dan kakak ketujuhnya. Di kehidupan sebelumnya, Jenny juga pernah difitnah dengan tuduhan yang tidak berdasar. Akibatnya, dia dijauhi dan jadi bahan olokan teman-teman di sekolahnya, menyebabkan dia menjadi depresi. Bukan karena Jenny tidak mau membela diri, tetapi karena kata-kata Syane yang penuh sindiran, penjelasan Jenny makin membuat dirinya bersalah. Bahkan, semua siswa di Kelas Unggulan meminta Jenny dipindahkan ke kelas lain. Bahkan, wali kelas yang selalu Jenny hormati pun menatapnya dengan sinis. "Dampak yang kamu bawa ke Kelas Unggulan ini terlalu besar. Mereka semua adalah calon peraih nilai tertinggi di ujian nasional. Kalau sampai kegiatan belajar mereka terganggu gara-gara kamu, kamu mau tanggung jawab? Tolong pindah ke kelas lain!" Padahal, harapan Jenny menjadi peraih nilai tertinggi di ujian nasional lebih tinggi dibandingkan siapa pun. Namun, wali kelas dan lainnya memilih tidak memercayai dan mengabaikannya. Jenny tidak tahan dengan kekerasan verbal di Kelas Unggulan, akhirnya dia menyerah dan pindah ke Kelas Remedial. Jenny berpikir bahwa dia masih bisa meraih peringkat pertama dengan usaha keras. Namun, siapa sangka, banyak siswa di Kelas Remedial adalah pengagum Syane. Dengan pimpinan Yovan, mereka justru melakukan perundungan terhadap Jenny selama setengah semester. Di kelas, mereka menarik rambutnya, menumpahkan tinta di baju, mengoleskan lem di kursi, menaruh tikus mati di dalam tas. Sepanjang pelajaran olahraga, mereka melempar bola basket, bola voli, dan bisbol ke arah kepalanya ... Sang provokator, Yovan, berdiri tidak jauh sambil mengamati. Setelah selesai merundung Jenny, Kakak Ketujuh mendekatinya dan berkata, "Ini adalah hukuman yang pantas untukmu karena mencuri! Supaya kamu mengubah perilaku burukmu, aku sudah membantumu klarifikasi kepada mereka, seharusnya kamu berterima kasih padaku." Begitulah, Jenny berulang kali mengalami perundungan. Pada hari ujian masuk perguruan tinggi, Syane tiba-tiba datang menunjukkan perhatiannya. Syane memberinya segelas susu dan menyemangatinya untuk mengikuti ujian dengan serius. Jenny tahu bahwa perhatian Syane tidak tulus, tapi karena diawasi Yovan, Jenny tetap menerima segelas susu dari Syane. Pada akhirnya, gara-gara diare, nilai ujian Jenny jelek. Mengingat kenangan yang kejam itu, ekspresi Jenny menjadi dingin. Anehnya, di kehidupan ini, sekolah mengeluarkannya. Namun, sekolah tidak akan bisa semudah itu mengeluarkannya hanya karena tuduhan mencuri. Karena dia bukan lagi Jenny yang dulu selalu mengalah dan tidak pernah membela diri walaupun terus disakiti. Jenny menyeret koper dan langsung menuju ke Kantor Akademik. Kepala Bidang Akademik langsung melemparkan selembar kertas ke arah Jenny tanpa basa-basi. "Jenny, kamu sudah berani mencuri, jadi kamu dikeluarkan dari sekolah." Jenny membungkuk dan mengambil Surat Pengeluaran Siswa yang sudah ada stempel resmi dari wakil kepala sekolah. Jenny bertanya dengan tersenyum sinis, "Sebelum mengeluarkan saya dari sekolah, apa kalian sudah meminta persetujuan Kepala Sekolah?" Kepala Bidang Akademik tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Buat apa merepotkan Kepala Sekolah untuk mengeluarkanmu dari sekolah? Punya siswa yang berperilaku buruk sepertimu hanya akan merusak nama baik sekolah. Kamu nggak bisa sukses setelah terjun ke masyarakat nanti!" Jenny tersenyum sinis, kemudian merobek Surat Pengeluaran Siswa. "Kalau mau mengeluarkan saya, harus ada bukti surat persetujuan dari Kepala Sekolah." Jenny mengambil koper. Setelah itu, dia berbalik dan pergi. Kepala Bidang Akademik tertegun.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.